Kampus ITB ilus. DOK ITB
Bandung: Puluhan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2020 sampai 2023, terancam tidak bisa melanjutkan kuliah, karena menunggak uang kuliah tunggal (UKT). Berbagai Upaya telah dilakukan para mahasiswa yang menunggak, salah satunya dengan meminta bantuan dari alumni (open donasi).
Sedangkan Solusi yang diberikan pihak rektorat adalah mengajukan cuti atau mengajukan pinjaman online (pinjol) ke Dana Cita dengan bunga berkisar 20 persen.
"Kampus memberikan solusi yakni melalui pinjaman Rp12,5 juta dan membayarkan rentang waktu 12 bulan dengan membayarkan Rp 15,5 juta, dengan bunga yang berkisar 20 persen dan ini sangat memberatkan. Atau cuti. Cuti juga mesti bayar kisaran 25 hingga 50 persen. Jadi, ini semua kebijakan sama sekali tidak masuk akal," ungkap Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (KKM) ITB, Yogi Syahputra, Selasa, 30 Janauri 2024.
Menurut Yogi, dari informasi yang diterimanya, mahasiswa yang menunggak itu bukan tidak mau bayar, tapi keberatan dengan UKT yang ditetapkan ITB, sebesar Rp 12,5 juta. Sedangkan banyak orang tua mahasiswa yang gajinya UMR, orang tua pekerjaannya hanya buruh.
"Mereka mengajukan keringanan tapi dari ITB menutup akses tersebut, tidak ada keringanan sama sekali, sehingga dampaknya adalah tunggakan," jelasnya.
Mahasiswa juga mempermasalahkan ITB yang bekerja sama dengan perusahaan pinjol dari luar ITB bernama Dana Cita, sebagai salah satu solusi untuk mahasiswa membayar UKT. Bunganya ini dirasa terlalu besar yakni 12 bulan kisaran 20 persen.
"Mahasiswa bukan orang-orang mampu. Ini sangat biadab, sangat tidak masuk akal dan kami meminta solusi konkret lainnya yang berkeadilan untuk teman-teman semua," tegasnya.
Berdasarkan data yang di dapat, kata Yogi, awalnya ada sekitar 137 mahasiswa dari angkatan 2020 sampai 2023 dari berbagai jurusan, yang terancam tidak bisa mengikuti kuliah pada semester selanjutnya. Namun setalah dilakukan berbagai upaya, masih tersisa 93 mahasiswa yang terancam tidak bisa kuliah.
Dan tidak menemukan solusi lain, sedangkan tenggat waktu itu besok. Ini sudah berlangsung kurang lebih lima hari belum ada progres signifikan. Akhirnya opsi yang dipilih adalah melakukan aksi di gedung rektorat secara langsung.
"Kami sudah mencoba berkomunikasi dengan pihak rektorat untuk mencari solusi bagi mahasiswa yang menunggak UKT. Namun, solusi yang diberikan rektorat hanya cuti dan menggunakan pinjol Dana Cita dengan bunga yang mencekik leher yakni sekitar 20 persen," ucapnya.
Sementara itu Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto menerangkan, sebelum melakukan kerja sama dengan Dana Cita pada Agustus 2023 lalu, ITB sudah berkonsultasi dengan Direktorat Kelembagaan Dikti Kemendiksbud untuk mengeluarkan Permen mengenai
student loan.
"Ini dilakukan karena ITB berkomitmen, memberikan solusi bagi mahasiswa jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), bekerjasama dengan Dana Cita sebuah Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) /non bank, yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," jelasnya.
Apalagi lanjut Naomi, selain ITB juga terdapat banyak PTN/PTS yang bekerja sama dengan LKBB. Kerja sama ini tentu menguntungkan bagi mahasiswa, karena terdapat
kemudahan dalam membayar uang kuliah. Jadi saat mahasiswa mau membayar BPP, ITB menyediakan beragam bank nasional yang dapat dipilih, melalui Virtual Account (VA) dan kartu kredit master/visa.
Dan juga menyediakan opsi pilihan (
system financial technology) LKBB, yang akan membantu mahasiswa yang tidak dapat membayar, langsung melalui fasilitas cicilan. "Kami mencantumkan opsi pilihan tersebut, karena mirip sistem yang dapat dipilih dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita mau naik travel/maskapai penerbangan, saat kita bertransaksi di e-commerce dan banyak lagi. Jadi sistem fintech dapat membantu masyarakat memiliki pilihan," tambahnya,
Artinya lanjut Naomi, ITB menyadari tidak semua orang dapat meminjam uang ke bank, karena harus memiliki agunan, dan tidak semua orang memiliki kesempatan membayar melalui fasilitas mencicil via kartu kredit. Sehingga dapat memilih system lain (system financial technology) yang dipilih sendiri sesuai kemampuan.
Dengan demikian pembayaran BPP mahasiswa ini, memiliki opsi2 pilihan, mau bayar via cara apa, semua ada di tangan mahasiswa. Mahasiswa memiliki alternataif tata cara pembayaran.