Emas Dunia Kurang Peminat, Investor Buru Yen Jepang

Harga emas dunia. Foto: Unsplash.

Emas Dunia Kurang Peminat, Investor Buru Yen Jepang

Arif Wicaksono • 26 July 2024 08:42

New York: Harga emas turun di perdagangan Asia pada Kamis, 26 Juli 2024. Permintaan safe haven naik meskipun sentimen risk-off meningkat karena para pedagang memburu mata uang yen Jepang.
 

baca juga:

Harga Emas Dunia Menguat Tipis

Dikutip dari Investing, Jumat 26 Juli 2024, spot gold turun 0,9 persen menjadi USD2.376,11 per ons, sementara gold futures yang akan berakhir Agustus anjlok 1,7 persen menjadi USD2.375,40 per ons pada pukul 11.52 WIB.

Harga emas turun karena investor pemburu aset safe haven mendukung yen. Logam mulia melihat sedikit permintaan safe haven bahkan ketika pasar global mengalami penurunan tajam dalam risk appetite.

Laju yen diuntungkan menyusul dugaan intervensi pasar mata uang oleh Tokyo. Spekulasi mengenai potensi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan minggu depan juga menguntungkan yen, terutama karena data baru-baru ini mengisyaratkan ketahanan dalam ekonomi Jepang.

Pasar emas dan logam mengambil sedikit keuntungan dari penurunan dolar, yang melemah sebelum sejumlah data ekonomi utama AS dirilis dalam beberapa hari mendatang.

Tembaga terus menurun

Sementara itu, kerugian tembaga semakin dalam di tengah kegelisahan permintaan. Di antara logam-logam industri, harga tembaga turun lebih jauh pada Kamis, 25 Juli 2024, menghadapi tekanan jual yang meningkat di tengah kekhawatiran atas perlambatan permintaan global.

Patokan copper futures di London Metal Exchange turun 1,6 persen menjadi USD8.960,50 per ton, menembus di bawah USD9.000 untuk pertama kalinya sejak awal April. Kontrak satu bulan copper futures turun 0,6 persen menjadi USD4,0540 per ton.

Kedua kontrak mengalami penurunan tajam dalam beberapa sesi terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas permintaan di importir utama Tiongkok, menyusul serangkaian data ekonomi yang mengecewakan dari negara tersebut.

Kekhawatiran atas perlambatan permintaan diperparah oleh data aktivitas manufaktur yang lemah dari AS, Jepang dan Jerman, yang menunjukkan aktivitas industri sedang lesu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)