Skuter Elektrik Terbesar di India Masih Merugi

Ola Electric. foto: Istimewa.

Skuter Elektrik Terbesar di India Masih Merugi

Arif Wicaksono • 15 August 2024 15:45

Bombay: Pembuat skuter elektronik terbesar di India, Ola Electric, melaporkan kerugian kuartal pertama yang lebih besar dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.

Dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 15 Agustus 2024, kerugian ini akibat pemotongan harga yang diperlukan untuk meningkatkan permintaan setelah pemerintah mengurangi insentif.
 

baca juga: 

Investor Buru Saham Pembuat Motor Listrik Ola Electric Mobility



Perusahaan, yang melakukan debut perdagangannya minggu lalu, mengatakan kerugiannya melebar menjadi 3,47 miliar rupee (USD41,4 juta) pada periode April-Juni dari 2,67 miliar rupee pada kuartal tahun lalu.

Perusahaan yang memiliki tiga model e-skuter ini mengatakan pendapatannya meningkat 32,3 persen menjadi Rp 16,44 miliar pada kuartal tersebut. Volume penjualannya meningkat 57 persen.
 
baca juga:  Sektor Furnitur Potensi Raih Cuan Rp17 Miliar dari India


Pada tahun fiskal yang berakhir bulan Maret, pendapatan Ola Electric melonjak 90 persen karena volume penjualan meningkat lebih dari dua kali lipat. Biaya meningkat 27 persen pada kuartal terakhir karena biaya penyusutan meningkat hampir tiga kali lipat.

Kenaikan pengeluaran secara keseluruhan melambat menjadi 62 persen pada tahun fiskal lalu dari lonjakan tiga kali lipat pada tahun sebelumnya.

dominasi pasar di India

Sejak meluncurkan model pertamanya tiga tahun lalu, Ola Electric telah berkembang dengan menguasai 39 persen penjualan kendaraan listrik roda dua di negara tersebut pada bulan Juli, menurut data pemerintah.

Saingan terdekatnya TVS Motor dan Bajaj Auto yang berkembang pesat telah meluncurkan atau akan meluncurkan model e-skuter baru di pasar India yang kecil namun terus berkembang.

Ola Electric memangkas harga skuter elektronik termurahnya pada bulan April setelah pemerintah mengurangi separuh subsidi untuk pembelian kendaraan listrik. Hal ini menyebabkan penurunan insentif sebagai biaya satu kali sebesar Rp 230 juta pada kuartal terakhir.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)