Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: Dokumen Kemenkeu
Annisa Ayu Artanti • 6 November 2023 16:19
Jakarta: Peran APBN 2023 sangat besar menjadi shock absorber menahan gejolak ketidakpastian perekonomian global dan menjaga stabilitas perekonomian nasional. Buktinya, resiliensi ekonomi Indonesia dapat terjaga di tengah dinamika perekonomian dunia.
"APBN adalah menjadi instrumen yang mengelola berbagai syok. Ada syoknya karena El Nino, entah karena volatilitas harga dunia, atau karena suku bunga, atau karena nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri, dilansir dari laman Kemenkeu, Senin, 6 November 2023.
Bendahara Negara itu menjelaskan, peran APBN untuk mengendalikan inflasi ini dilakukan melalui berbagai intervensi. Mulai dari belanja negara APBN, yang langsung berdampak langsung ke masyarakat maupun penanganan isu supply dari ketahanan pangan dan infrastruktur.
Hal ini tercermin dari alokasi APBN 2023 untuk anggaran perlindungan sosial Rp476 triliun untuk menjaga daya beli masyarakat, anggaran ketahanan pangan Rp104,2 triliun untuk mengendalikan inflasi pangan, anggaran Rp391,7 triliun untuk menurunkan disparitas harga, Rp339,6 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi, serta insentif fiskal Rp76,7 miliar.
Baca juga: Sri Mulyani: APBN Surplus Rp67,7 Triliun per September 2023
Selain itu guna mengantisipasi ketidakpastian perokonomian global dan dampak El Nino, pemerintah juga menyiapkan beberapa respon kebijakan untuk melindungi daya beli dan stabilisasi ekonomi.
Penebalan bantuan sosial dengan memberikan tambahan bantuan beras untuk 21,3 juta KPM dengan masing-masing memperoleh 10 kg di Desember dan bantuan langsung tunai untuk 18,8 juta KPM dengan masing-masing menerima Rp200 ribu per bulan untuk November dan Desember 2023.