Tumpukan senjata yang digunakan Israel di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Medcom • 21 October 2024 12:35
London: Seiring dengan meningkatnya serangan Israel di Timur Tengah, negara-negara Eropa tetap melanjutkan pengiriman senjata ke Israel. Hal ini terjadi meski terdapat tuduhan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional dan pelanggaran hak asasi manusia yang parah di Jalur Gaza.
Tekanan terhadap sekutu Israel untuk menghentikan pasokan senjata semakin meningkat, terutama setelah serangan terbaru oleh militer Israel terhadap markas Pasukan Sementara PBB di Lebanon, yang mengakibatkan sejumlah orang cedera.
Amnesty International mengungkapkan kekhawatiran atas penjualan senjata Eropa yang terus berlanjut ke Israel dan menyerukan "embargo senjata" total karena pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
Patrick Wilcken, penasihat kebijakan pengendalian senjata Amnesty International, menegaskan perlunya negara-negara memberlakukan embargo yang tidak hanya mencakup senjata, tetapi juga menghentikan partisipasi dalam rantai pasokan ke sistem senjata yang digunakan oleh Israel.
"Negara-negara harus secara sepihak memberlakukan embargo terhadap Israel yang mencakup tidak hanya senjata dan sistem yang berasal dari negara mereka, tetapi juga menghentikan partisipasi dalam rantai pasokan ke sistem senjata yang akhirnya berakhir di Israel," kata Wilcken, dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 21 Oktober 2024.
Menurut Perjanjian Perdagangan Senjata 2013, negara-negara Eropa dilarang mengizinkan transfer senjata yang dapat digunakan untuk menyerang target sipil. Wilcken menekankan pentingnya mematuhi kewajiban hukum internasional untuk mencegah transfer senjata ke zona konflik.
Data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) menunjukkan bahwa Amerika Serikat adalah pemasok senjata terbesar untuk Israel, menyuplai 69 persen dari impor senjata konvensional utama antara 2019 dan 2023. Jerman merupakan penyedia senjata Eropa utama, dengan pengiriman mencapai €326,5 juta pada tahun 2023, meningkat setelah 7 Oktober.
Belakangan ini, pemimpin seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyerukan penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez juga mendesak komunitas global minggu lalu untuk menghentikan pasokan senjata, mengecam serangan negara tersebut terhadap pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di Denmark, pihak berwenang sedang menghadapi gugatan hukum yang dapat memaksa pemerintah menghentikan ekspor suku cadang jet tempur F-35 ke AS, yang kemudian dijual ke Israel.
Pemerintah Barat kini mendapat tekanan untuk menghentikan penjualan senjata F-35, yang digunakan dalam serangan brutal di Gaza, menyebabkan lebih dari 42.500 warga Palestina tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 100.000 orang.
Lebih dari 95?ri korban adalah warga sipil. Keterlibatan negara-negara Eropa dalam program F-35 menimbulkan pertanyaan tentang keabsahan dan transparansi rantai pasokan internasional terkait pesawat tersebut.
"Kami telah melihat di banyak negara, termasuk baru-baru ini di Inggris, bahwa negara-negara bagian sangat khawatir mengenai hal ini, dan saya pikir jelas ada alasan politis, karena pentingnya sentralitas proyek F-35 bagi aliansi negara-negara bagian dengan Amerika Serikat," sebut Wilcken.
Ia menegaskan pentingnya memastikan suku cadang tidak digunakan dalam sistem senjata yang berakhir di Israel, mencatat kekhawatiran politik seputar proyek ini yang krusial bagi aliansi dengan AS. Israel sangat bergantung pada F-35 untuk kampanye udaranya yang intens.
Namun, meski beberapa negara Eropa telah mengumumkan penghentian penjualan senjata, kritik masih muncul mengenai transparansi dalam rantai pasokan.
“Penuh dengan kerahasiaan dan ketidakjelasan, pemerintah Inggris tidak melarang suku cadang untuk jet tempur F-35," kata Overton.
Ian Overton, direktur eksekutif Action on Armed Violence, menyoroti kerahasiaan dalam industri senjata dan menekankan bahwa Inggris tidak melarang komponen suku cadang untuk F-35 yang dikembangkan sebagian untuk militer Israel.
Dia juga mencatat bahwa Inggris tidak melarang suku cadang untuk jet tempur F-35, yang sebagian dikembangkan untuk militer Israel, dan menekankan bahwa meski beberapa negara, termasuk Inggris dan Norwegia, mengumumkan penghentian penjualan senjata ke Israel, masih ada kemungkinan ekspor yang terus berlangsung.
Dengan situasi yang semakin kompleks, Wilcken menekankan pentingnya negara-negara Eropa untuk mengambil tanggung jawab dan menghentikan semua transfer senjata ke Israel, mengingat dampaknya terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. (Angel Rinella)
Baca juga: Menurut PBB, Palestina Dihancurkan Israel dengan Kematian dan Pengungsian