Harga Emas Tertekan Pengaruh Prospek Positif Ekonomi AS

Ilustrasi emas. Foto: Freepik.

Harga Emas Tertekan Pengaruh Prospek Positif Ekonomi AS

Husen Miftahudin • 28 October 2024 10:02

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan tipis menuju USD2.735 pada awal sesi Asia pada Senin (28/10), setelah dua hari sebelumnya sempat menguat.

"Penurunan ini dipicu oleh menguatnya prospek pertumbuhan ekonomi AS, namun ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung serta ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS yang akan datang diperkirakan akan membatasi penurunan lebih lanjut," ungkap analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha dikutip dari analisis hariannya, Senin, 28 Oktober 2024.

Berdasarkan analisis Nugraha, indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan tren bullish pada XAU/USD mulai melemah. Proyeksi untuk hari ini memperkirakan harga emas berpotensi naik ke level USD2.747.

"Namun, jika kenaikan tersebut gagal terwujud dan terjadi pembalikan (reversal), maka penurunan harga dapat mencapai USD2.718 sebagai target terdekat," kata dia.

Menurutnya, harga emas saat ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, baik dari sisi ekonomi global maupun geopolitik. Menguatnya prospek pertumbuhan ekonomi AS menyebabkan tekanan bagi logam mulia ini, karena ekspektasi ekonomi yang kuat cenderung meningkatkan nilai dolar AS, yang berbanding terbalik dengan pergerakan emas.

"Pada Senin ini, harga emas kembali tertekan setelah rilis data ekonomi AS yang positif," papar Nugraha.
 

Baca juga: Daftar Terbaru Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri 24 di Pegadaian Hari Ini
 

Eskalasi ketegangan Timur Tengah meningkat


Di sisi geopolitik, eskalasi ketegangan di Timur Tengah turut memberikan dorongan bagi emas sebagai aset perlindungan nilai. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan serangan terhadap Iran pada Sabtu telah melemahkan pertahanan Teheran.

Meskipun demikian, para pejabat Iran bersumpah akan memberikan respons yang tepat tanpa menginginkan perang lebih luas. Ketidakpastian ini menambah sentimen positif bagi emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko politik dan ketidakpastian pasar.

Selain itu, pembelian cadangan emas oleh bank sentral dan meningkatnya permintaan investor juga turut mendukung harga emas. Menurut laporan World Gold Council, bank sentral di seluruh dunia telah membeli lebih dari 1.000 ton emas dalam dua tahun terakhir, dengan Tiongkok menjadi pembeli utama yang ingin meningkatkan cadangan emasnya.

Salah satu faktor penentu utama yang dapat mempengaruhi harga emas dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga Federal Reserve AS. Saat ini, pasar memprakirakan peluang 97,7 persen The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada November.

Perkiraan ini didasarkan pada data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan kuat, seperti angka Nonfarm Payrolls (NFP) yang naik 254 ribu pada September, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 140 ribu.

Namun, penurunan suku bunga yang lebih lambat dapat melemahkan harga emas, karena pengurangan suku bunga yang signifikan cenderung mendukung emas sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Pertumbuhan PDB AS


Pada Rabu, Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) akan mempublikasikan estimasi pertama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal ketiga. Jika angka PDB AS tercatat di atas tiga persen, ini dapat mendorong nilai dolar lebih tinggi dan menekan XAU/USD lebih rendah.

"Sebaliknya, jika PDB lebih rendah dari ekspektasi, antara satu persen dan dua persen, maka emas berpotensi kembali menguat," jelas Nugraha.

Dengan berbagai faktor yang saling tarik-menarik, harga emas diperkirakan akan bergerak di kisaran USD2.718 hingga USD2.747 pada perdagangan hari ini.

"Kesimpulannya, meskipun emas saat ini berada dalam fase koreksi, risiko geopolitik dan ketidakpastian politik menjelang pemilihan presiden AS dapat memberikan dukungan bagi harga," tutup Nugraha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)