Ilustrasi industri perbankan. Foto: Medcom.id
Fetry Wuryasti • 10 January 2024 12:52
Jakarta: Direktur Pefindo Hendro Utomo berpendapat dampak dari rencana pemerintah dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp600 triliun tidak akan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas untuk penyaluran kredit perbankan, atau risiko terjadinya crowding-out effect.
"Dengan suku bunga tinggi saat ini, justru perbankan akan lebih mendapatkan insentif jika meningkatkan penyaluran dibandingkan berinvestasi di SBN," kata Hendro, melalui keterangan yang diterima, dikutip Rabu, 10 Januari 2024.
Hal ini bisa dilihat dari perbandingan selisih bunga antara suku bunga dana pihak ketiga (DPK) dengan rata-rata yield obligasi pemerintah maupun dengan suku bunga kredit perbankan.
Berdasarkan data yang Pefindo terima dan olah, rata-rata suku bunga kredit modal kerja per Oktober 2023 sebesar 9,05 persen lebih tinggi daripada yield obligasi pemerintah di periode yang sama (Oktober 2023) sebesar 6,44 persen.
Dengan tingkat suku bunga DPK di atas 12 bulan rata-rata di 5,22 persen, maka perbankan akan mendapatkan selisih bunga yang jauh lebih besar melalui penyaluran kredit dibandingkan penempatan di obligasi pemerintah yang risikonya memang lebih rendah.
Walaupun loan to deposit ratio (LDR) perbankan cenderung meningkat akhir-akhir ini, namun angkanya masih di kisaran yang terjaga sehingga masih ada ruang bagi perbankan untuk terus melanjutkan ekspansi kreditnya seiring dengan upaya-upaya meningkatkan porsi dana pihak ketiga.
Baca juga: Perbankan Salurkan Kredit Nyaris Rp7.000 Triliun di November 2023