Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Istimewa
Annisa Ayu Artanti • 28 November 2023 20:19
Frankfurt: Adopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang cepat dinilai dapat mengurangi upah dan bukan menghancurkan pekerjaan, terutama bagi generasi muda dan berketerampilan tinggi.
Pernyataan itu merupakan hasil dari sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Dilansir Channel News Asia, Selasa, 28 November 2023, perusahaan-perusahaan yang telah berinvestasi besar-besaran dalam kecerdasan buatan membuat para ekonom berusaha keras untuk memahami dampaknya terhadap pasar tenaga kerja dan mendorong kekhawatiran di kalangan masyarakat luas akan masa depan pekerjaan mereka.
Namun, di saat yang sama, para pemberi kerja berjuang untuk menemukan pekerja yang berkualitas. Meskipun diketahui, resesi biasanya akan mengurangi tekanan pasar tenaga kerja.
Baca juga: Makin Canggih AI, 65% Dunia Kerja di Dunia Berubah di 2030
Buletin Penelitian yang diterbitkan oleh ECB menyatakan, dari sampel 16 negara Eropa, pangsa lapangan kerja dari sektor-sektor yang terpapar AI meningkat, dengan pekerjaan berketerampilan rendah dan menengah sebagian besar tidak terpengaruh dan posisi berketerampilan tinggi mendapatkan dorongan terbesar.
Namun, ECB juga menyampaikan dampak netral hingga sedikit negatif dari keberadaan kecerdasan buatan itu terhadap pendapatan dapat meningkat.
"Teknologi yang mendukung AI terus dikembangkan dan diadopsi. Sebagian besar dampaknya terhadap pekerjaan dan upah, dan oleh karena itu terhadap pertumbuhan dan kesetaraan - belum terlihat," kata buletin itu.