Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com
Eko Nordiansyah • 11 December 2025 12:30
Jakarta: Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 5,07 persen secara tahunan (yoy). Menurutnya, kuartal keempat diprediksi tumbuh lebih tinggi, sekitar 5,22 persen didorong oleh meningkatnya belanja akhir tahun.
Meski demikian, beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sempat terdampak banjir, yang sedikit menahan laju pertumbuhan. Sementara, untuk tahun depan, kondisi ekonomi diramalkan membaik.
"Untuk tahun depan, kami proyeksikan ekonomi tumbuh 5,2 persen," ujar Myrdal kepada Media Indonesia, dikutip Kamis, 11 Desember 2025.
Untuk pendorong ekonomi di kuartal IV 2025, lanjutnya, didorong oleh meningkatnya aktivitas ekonomi, terutama dari sisi konsumsi masyarakat, yang mulai pulih. Selain itu, iklim suku bunga diperkirakan masih relatif stabil.
Investasi domestik juga disebut menunjukkan tren positif. Beberapa perusahaan telah menanamkan modal di sektor-sektor prioritas, termasuk energi baru terbarukan, pertanian, dan sektor padat modal, yang juga tercermin dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Ekspor Indonesia juga memberikan kontribusi cukup baik, meski sempat terdampak konflik dagang.
"Saat ini, isu terkait dugaan pelanggaran kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat tengah dipantau lebih lanjut," kata Myrdal.
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)
Untuk tahun depan, pemerintah menargetkan program prioritas pembangunan lebih masif, termasuk makan bergizi gratis (MBG) dengan anggaran sekitar Rp335 triliun. Langkah ini diharapkan mempercepat perputaran uang di masyarakat.
Upaya ini sekaligus mendorong investasi swasta domestik maupun asing di sektor energi, pertanian, pendidikan, kesehatan, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), pertahanan, ekspor, substitusi impor, hingga hilirisasi industri.
Sementara itu, dari sisi global, pertumbuhan ekonomi diperkirakan stagnan di kisaran 3,1 persen di 2025. Kondisi suku bunga juga masih memungkinkan untuk turun, meski penurunan yang diprediksi baik dari Federal Reserve maupun Bank Indonesia kemungkinan hanya sebesar 0,5 persen atau 50 basis poin.