Pembangunan Industri Gula Jalan Sendiri-sendiri, Swasembada Gula Jadi Hal Mustahil

Gula di pasar tradisional. Foto: Metrotvnews.com

Pembangunan Industri Gula Jalan Sendiri-sendiri, Swasembada Gula Jadi Hal Mustahil

Naufal Zuhdi • 12 August 2025 11:03

Jakarta: Analis kebijakan pangan Syaiful Bahari menegaskan jika pembangunan industri gula nasional tidak terintegrasi dengan perkebunan rakyat, maka swasembada gula akan sulit tercapai.
 
"Ke depan, pemerintah harus mempunyai regulasi yang jelas, pembangunan industri gula itu harus terintegrasi dengan perkebunan tebu rakyat. Selain regulasi, pemerintah juga harus konsisten untuk memodernisasi pabrik-pabrik gula pemerintah yang dikelola BUMN," kata Syaiful saat dihubungi, dikutip Selasa, 12 Agustus 2025.
 
Syaiful menyoroti persoalan industri gula sejak Indonesia merdeka tidak pernah terjadi transformasi. Pasalnya, pabrik-pabrik gula yang kini sebagian besar dipegang PTPN, teknologinya semakin usang. Demikian juga dengan perkebunan tebu di Jawa semakin menyusut.
 
"Padahal, di era kolonial, Indonesia adalah negara produsen gula terbesar di dunia. Sampai-sampai pemerintah Belanda mendirikan Het Proefstation Oost Java pada 1887 di Pasuruan, Jawa Timur, yang sekarang bernama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)," beber dia.
 

Baca juga: Produksi Gula Nasional Digenjot untuk Percepat Swasembada


(Ilustrasi kebun tebu. Foto: dok PTPN)
 

Swasta monopoli produksi dan pasar gula

 
Di tengah tidak berdayanya industri gula pemerintah menghadapi persaingan, muncul industri-industri swasta yang kini memonopoli produksi dan pasar gula nasional. Praktis, pemerintah kehilangan kendali dalam mengatur tata niaga gula di dalam negeri.
 
Selain itu, Syaiful mengungkapkan desain industri gula swasta tidak lagi mengandalkan bahan baku gula dari tebu petani, tetapi cukup dengan bahan baku gula setengah jadi (rafinasi), mereka sudah bisa memproduksi gula konsumsi.
 
"Selain harga gula rafinasi impor lebih murah, juga dari sisi waktu produksi lebih cepat. Oleh karena pemerintah tidak memiliki ekosistem industri gula nasional yang konsisten, yaitu adanya hubungan struktural antara perkebunan tebu dengan industri hilirnya," tutur dia.
 
"Akhirnya yang ditempuh jalan pintas, yaitu menyerahkan kebutuhan gula nasional ke tangan industri minus perkebunan tebu yang dikelola petani. Akhirnya yang menjadi korban adalah petani," tambah Syaiful menjelaskan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)