Industri padat karya. Foto: MI/Liliek Dharmawan.
Bandung: Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) menyiapkan stimulus untuk menyelamatkan industri padat karya dari kebijakan tarif timbal balik (resiprokal) atau bea masuk 32 persen yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
"Pemprov sudah ada stimulus-stimulus yang nanti akan dibuat. Saya meyakini betul industri padat karya akan bertahan di Jabar dan kini kami tengah membangun percepatan regulasi perizinan untuk industri-industri padat karya. Termasuk nanti kita akan berdiskusi juga dengan pemerintahan pusat agar mereka terlindungi dengan baik," ungkap Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi di Bandung, Rabu, 9 April 2025.
Namun gubernur tidak memerinci stimulus seperti apa yang akan diberikan pemerintah kepada industri padat karya. Saat ini tentu dirumuskan dulu oleh tim ekonomi yang tengah bekerja. "Saya sudah ada tapi tidak boleh diungkapkan sekarang," beber Dedi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar, Nining Yuliastiani menerangkan, dalam kurun waktu 2022-2024 neraca perdagangan Jabar terhadap Amerika Serikat mengalami surplus. Terbesar pada 2022 dan pada 2024 nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan 2023.
"Berdasarkan data BPS, pada 2022, surplus perdagangan Jabar terhadap AS mencapai USD 7.005.016 juta, sementara ekspornya mencapai USD 7.458.617 juta, impor hanya USD 453.600 ribu. Kemudian, pada 2023, surplus perdagangan mencapai USD 5.717.712 juta, ekspor USD 6.234.729 juta, dan impor USD 517.017 ribu. Sementara, di tahun 2024, surplus USD 5.898.263 juta, ekspor USD 6.338.122 juta, dan impor hanya USD 439.859 ribu," terang Nining.
Nining khawatir, tarif baru tersebut nantinya akan membuat nilai impor meningkat dibandingkan ekspor ke AS dan akhirnya membuat permintaan menurun, terutama pada sektor tekstil, alas kaki dan otomotif. Sedangkan, Jabar merupakan provinsi yang mempunyai potensi ekspor di sektor tersebut. Selain itu, Indonesia berpotensi besar akan dibanjiri produk impor, karena menjadi target negara pesaing yang terkena tarif masuk lebih tinggi ke pasar Amerika Serikat. Kendati demikian, ada beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan.
"Hal ini dikarenakan, barang asal Indonesia atau Jabar, khususnya masuk ke Amerika Serikat yang dikenakan tarif sebesar 32 persen, bisa mempunyai daya saing di Pasar AS karena lebih rendah dari Cina yang terkena tarif 34 persen. Bahkan lebih kecil dari Thailand sebesar 36 persen atau Srilangka yang terkena 44 persen, Vietnam yang terkena 46 persen dan kamboja yang terkena 49 persen," tutur Nining.
Di sisi lain lanjut Nining, Pemprov Jabar juga bisa memanfaatkan mitra dagang Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan (BRICS). Di mana Indonesia kini sudah menjadi anggota penuh dari blok ekonomi tersebut. Ini bisa lebih dimaksimalkan apalagi kontribusinya cukup besar dalam perdagangan global. Meningkatkan optimalisasi dagang dengan mitra negara lainnya seperti BRICS di mana blok tersebut berkontribusi hingga 40 persen nilai perdagangan global.