BMKG Beberkan 7 Alasan Gempa Myanmar Tak Pengaruhi Kegempaan di Indonesia

Ilustrasi. Metrotvnews.com.

BMKG Beberkan 7 Alasan Gempa Myanmar Tak Pengaruhi Kegempaan di Indonesia

Ihfa Firdausya • 30 March 2025 11:16

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan sejumlah alasan mengapa gempa di Myanmar tidak mudah memengaruhi kegempaan di wilayah Indonesia. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkap faktor pertama lantaran sumber gempa yang berbeda.

Menurut Daryono, jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia. Kedua, jaraknya cukup jauh dari wilayah Indonesia. Ujung selatan jalur Sesar Sagaing hingga Pulau Sabang jaraknya sekitar 1.256 km.

Ketiga, masing-masing segmen sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri, bukan saling picu. Daryono menjelaskan, setiap segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser (slip rate) sendiri-sendiri. Itu dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen.

"Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya, maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa," ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu, 30 Maret 2025.

Keempat,  tidak ada konsep/teori saling picu dan tidak ada rambatan gempa. Ia mengungkapkan beberapa aktivitas gempa yang terjadi di suatu kawasan dalam waktu dan jarak yang berdekatan sebenarnya tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Apalagi di wilayah memiliki banyak sumber gempa. Makanya, beberapa jalur sesar dapat rilis gempa sendiri-sendiri.

"Jika terjadi gempa yang berdekatan jarak dan waktunya itu faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya," ungkapnya.
 
Baca juga: Korban Tewas Gempa Myanmar Lampaui 1.600 Orang, Thailand Catat 10 Kematian

Kelima, masih sulit menerangkan secara empirik dugaan bahwa antar gempa dapat saling berhubungan. Hingga saat ini, kata Daryono, masih lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit Bumi.

"Inilah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa antar gempa dapat saling berhubungan, merambat dan dapat menjalar ke sana ke mari," ujarnya.

Keenam, yang baru bisa dijelaskan adalah kaitan antara gempa utama dan gempa susulannya. Dalam teori pemicuan antar gempa bersifat statis, pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat jaraknya.

Contoh adalah munculnya gempa-gempa baru (aftershocks) yang terjadi di sekitar gempa utama (mainshock) yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang terjadi sebelumnya. Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak dan disebabkan oleh perpindahan patahan yang permanen.

Ketujuh, secara empirik masih sulit menjelaskan sebuah gempa dapat dipicu oleh gempa jauh. Dalam teori pemicuan antargempa bersifat dinamis, pemicuan yang bersifat dinamis dapat berkaitan dengan gempa-gempa dekat dan jauh.
 
Baca juga: Aceh Diguncang Gempa M5,4 Tidak Berpotensi Tsunami

Transfer tegangan dinamis ini nilainya lebih kecil, berkurang dengan melambat terhadap jarak dan merupakan tegangan yang dibawa oleh gelombang seismik melalui batuan.

"Konsep pemicuan dinamik ini lebih sering dikaitkan dengan potensi gempa yang dipicu dari jarak jauh, namun banyak persyaratan yang harus terpenuhi sehingga konsep ini sangat kompleks dan rumit," kata Daryono.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, kata dia, tampak bahwa aktivitas tektonik di zona Sesar Sagaing tidak dengan mudah secara langsung mempengaruhi wilayah Indonesia. Indonesia memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri yang menjadi sumber utama aktivitas seismik di wilayahnya.

Meskipun antarsegmen sesar berdekatan tetapi kalau salah satu sesarnya 'belum matang' akumulasi energinya. Itu tidak akan bisa terjadi saling picu gempa.

Namun, kata Daryono, sebagai langkah kesiapsiagaan, meski tidak mudah gempa Myanmar mempengaruhi kegempaan Indonesia, masyarakat sebaiknya tetap diimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing.

"Jalur sesar ini dapat dilihat di peta tektonik. Jika ternyata tempat tinggal kita relatif dekat sumber gempa maka sebagai upaya mitigasi kita wajib membangun rumah yang memenuhi standar tahan gempa," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)