Pemberitaan terkait Gaza oleh media barat dianggap masih bias. Foto: Anadolu
Gaza: Sebuah studi komprehensif oleh Media Bias Meter mengungkapkan bahwa liputan media Barat tentang Palestina masih menunjukkan bias struktural yang mendalam.
Penelitian yang menganalisis 54.449 artikel dari delapan media besar mulai dari BBC, The New York Times, hingga Der Spiegel, antara Oktober 2023 hingga Agustus 2025 menyimpulkan bahwa narasi Israel mendominasi pemberitaan, sementara perspektif Palestina sering diremehkan atau diabaikan.
Ketimpangan narasi dan framing
Studi menunjukkan ketidakseimbangan signifikan dalam penyebutan kedua pihak. The New York Times menyebut Israel 186 kali untuk setiap satu kali referensi Palestina, sementara
The Globe and Mail memiliki rasio 33:1.
BBC pun hanya menampilkan 11 judul yang membahas substansi Palestina dari 91 judul yang mengandung kata "Palestina", di mana sebagian besar justru membahas aksi protes atau grafiti "Free Palestine" yang digambarkan sebagai kekerasan.
Peneliti juga menemukan penghapusan konteks pendudukan ilegal dalam pemberitaan.
Corriere della Sera menyebut pemukim atau pemukiman Israel 53 kali tanpa konteks hukum untuk setiap satu kali penggunaan istilah "ilegal". Istilah "terjajah" hanya muncul 29 kali dibandingkan 1.180 referensi terhadap wilayah sama tanpa pengakuan status pendudukan.
"Ini merupakan pembersihan sistematis terhadap pelanggaran hukum internasional," tegas laporan tersebut, dikutip dari
Anadolu Jumat, 21 November 2025.
Penghapusan konteks sejarah
Media Barat dinilai konsisten mengabaikan akar konflik historis.
Corriere della Sera mengutip serangan Hamas 7 Oktober 215 kali untuk setiap satu referensi blokade Gaza 2007. Istilah Nakba yang merujuk pengusiran massal warga Palestina tahun 1948 hampir tidak mendapat empati, dengan De Telegraaf hanya menyebutnya 21 kali dalam teks dan nol kali dalam judul.
Kerangka pemberitaan juga menunjukkan dehumanisasi terhadap Palestina. Istilah terkait terorisme digunakan tiga kali lebih sering daripada istilah kelaparan massal di Gaza oleh
Le Monde, Der Spiegel, dan
De Telegraaf.
Sebanyak 69 persen liputan
Gaza disaring melalui lensa kontra-terorisme, sementara serangan
Israel kerap digambarkan sebagai "tindakan presisi" meski menewaskan puluhan ribu warga sipil.
Studi menegaskan bias ini bukan sekadar kesalahan individual, melainkan kondisi institusional jurnalisme Barat yang "membentuk kebijakan, meredam kemarahan, dan menormalisasi ketidakadilan."
(Muhammad Adyatma Damardjati)