141.000 Warga Israel Tandatangani Petisi Tuntut Sandera Dikembalikan dan Perang Gaza Diakhiri

Gaza terus dibombardir serangan udara Israel. Foto: Anadolu

141.000 Warga Israel Tandatangani Petisi Tuntut Sandera Dikembalikan dan Perang Gaza Diakhiri

Fajar Nugraha • 22 April 2025 09:17

Gaza: Lebih dari 141.000 warga Israel, termasuk tokoh militer, telah menandatangani petisi yang menuntut pengembalian tawanan dari Jalur Gaza dan diakhirinya perang di daerah kantung Palestina tersebut. 

Menurut platform Restart Israel, yang menerbitkan petisi untuk ditandatangani warga Israel, jumlah penandatangan mencapai 141.874, naik jauh dari 121.000 pada Jumat 18 April 2025.

Platform tersebut juga mengatakan jumlah petisi yang beredar naik dari 47 menjadi 56 pada Senin 21 April 2025.

Petisi ini diprakarsai oleh tentara cadangan dan pensiunan dari berbagai unit militer Israel, dan oleh kelompok sipil yang mendukung pesan para tentara tersebut. Namun, sebagian besar penandatangan adalah warga sipil.

Menurut platform tersebut, lebih dari 11.000 prajurit cadangan dan pensiunan telah menandatangani 20 petisi terbuka, dengan 1.000 di antaranya bergabung dalam dua hari terakhir saja.

Tanda tangan dari warga sipil juga meningkat pesat, dengan 73.599 warga sipil, 3.700 guru, 3.900 akademisi, 2.000 orang tua siswa, 1.500 orang tua prajurit, 1.200 kerabat prajurit yang gugur, 433 pengacara, dan 16.299 ibu-ibu Israel di antara para penanda tangan.

Yang lainnya termasuk 258 dokter wanita, 2.100 profesional teknologi tinggi, 350 penulis dan penyair, 131 seniman dan intelektual, 472 insinyur dan perencana kota, dan 15.638 pendukung pesan dari veteran Angkatan Udara Israel dan prajurit cadangan.

Tokoh-tokoh terkemuka yang menandatangani termasuk mantan Perdana Menteri dan Kepala Staf Ehud Barak dan mantan Kepala Staf Dan Halutz.

Di antara para penandatangan juga terdapat empat mantan komandan angkatan laut, tiga mantan pemimpin Flotilla 13, dan dua mantan komandan artileri.

Penandatangan terkenal lainnya termasuk mantan pemimpin Komando Selatan Amram Mitzna, mantan pemimpin Komando Pusat Avi Mizrahi, mantan kepala intelijen militer Amos Malka, mantan komandan Korps Lapis Baja Amnon Reshef, mantan kepala Direktorat Perencanaan Nimrod Sheffer, dan mantan pemimpin Komando Pusat Ilan Biran.

“Saat ini, perang terutama melayani kepentingan politik, bukan kepentingan keamanan. Melanjutkan perang tidak berkontribusi apa pun terhadap tujuan yang dinyatakan dan akan menyebabkan kematian sandera, tentara Israel, dan warga sipil yang tidak bersalah, serta terkikisnya sistem cadangan,” demikian bunyi pernyataan umum di banyak petisi militer, seperti dikutip Anadolu, Selasa 22 April 2025.

“Kami bergabung dalam seruan untuk segera mencapai kesepakatan untuk membawa pulang semua 59 sandera tanpa penundaan, bahkan dengan mengorbankan penghentian pertempuran,” ungkap pernyataan itu.

Menurut media Israel, pemerintah telah mulai mengambil tindakan disipliner terhadap dokter militer yang telah menandatangani petisi tersebut.

Langkah tersebut mengikuti klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa para penandatangan terlibat dalam pembangkangan dengan dukungan organisasi-organisasi yang didanai asing yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahannya, yang telah berkuasa sejak akhir 2022.

Israel saat ini yakin bahwa 24 dari 59 sandera yang tersisa di Gaza masih hidup. Pada saat yang sama, lebih dari 9.500 warga Palestina dipenjara di penjara-penjara Israel, dengan banyak laporan tentang penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang menyebabkan kematian para tahanan.

Gencatan senjata awal dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika, dimulai pada 19 Januari dan dilanggar oleh Israel pada pertengahan Maret.

Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perangnya di daerah kantung tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)