RSA UGM Antisipasi Berlapis Cegah Dokter Lakukan Pelecehan Seksual

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

RSA UGM Antisipasi Berlapis Cegah Dokter Lakukan Pelecehan Seksual

Ahmad Mustaqim • 18 April 2025 23:22

Yogyakarta: Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) melakukan sejumlah hal antisipasi kasus dokter spesialis lakukan pelecehan seksual oleh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 

Direktur RSA UGM, Darwito, menjelaskan kasus pelecehan seksual menjadi tanggung jawab sesama dokter dan lembaga yang menaungi. Ia mengatakan melakukan proses seleksi PPDS di institusinya tidak hanya mengukur aspek akademik tetapi juga integritas kepribadian. 

"Seleksi itu tidak berhenti pada nilai akademik. Setelah ujian keilmuan, ada juga tes psikologi seperti MMPI dan wawancara yang bertujuan menggali karakter," kata dia pada Jumat, 18 April 2025. 
 

Baca: Pelaku Begal Payudara di Cirebon Babak Belur Dihajar Warga
 
Darwito mengatakan pada awal masa pendidikan, peserta PPDS dibekali kuliah umum yang salah satu topiknya adalah etika kedokteran. Materi tersebut bertujuan memberikan landasan awal tentang prinsip-prinsip moral yang harus dipegang oleh calon dokter spesialis dalam menjalankan profesinya. 

Menurut dia etika bukan hanya menjadi pembelajaran sesaat yang selesai begitu kuliah usai. Ia mengatakan justru nilai-nilai etis harus terus ditanamkan, dilatih, dan dijalankan sepanjang masa pendidikan klinis. 

"Dalam dunia medis yang kompleks dan penuh tekanan, sikap etis tidak bisa lahir secara instan, melainkan perlu dibentuk melalui proses panjang, interaksi nyata dengan pasien, serta pembimbingan dari para pendidik yang konsisten memberi teladan. Ini adalah proses long life learning," ungkapnya.

Ia menegaskan pendidikan etika harus menjadi bagian yang menyatu dalam keseharian residen dari awal hingga akhir masa studi. Bahkan, menurut dia, hingga mereka nantinya menjalani praktik mandiri sebagai dokter spesialis. Dalam hal ini, peran dosen dan dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menjadi sangat penting sebagai pembimbing sekaligus teladan.

Darwito mengungkapkan, RSA UGM menerapkan sistem pendidikan berjenjang dengan supervisi ketat. Para residen menjalani tahapan merah, kuning, dan hijau, mulai dari tahap observasi hingga mandiri dengan pengawasan dari DPJP di setiap tahapannya. Evaluasi terhadap aspek etik dan komunikasi juga dilakukan oleh DPJP sebagai penilai utama performa residen. 

"Tahap merah belum boleh memegang pasien. Kuning boleh tapi masih dibimbing. Hijau baru bisa mandiri. Semua tetap dalam pengawasan DPJP," ujarnya. 

Ia mengakui lembaganya belum memiliki pelatihan khusus yang berdiri sendiri. Akan tetapi, ada sejumlah langkah preventif yang terus dilakukan sebagai upaya menciptakan ruang pendidikan dan layanan kesehatan yang aman bagi semua pihak, baik pasien maupun tenaga medis. Selain ada kamera pengawas, Darwito mengatakan ada pengawasan internal melalui DPJP. 

"Keberadaan DPJP sebagai pengawas utama dalam setiap kegiatan pendidikan menjadi kunci dalam memastikan jalannya proses pembelajaran yang tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga etis dan profesional. Kami usahakan tidak ada pencampuran shift jaga antara laki-laki dan perempuan," ucapnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)