Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 22 May 2025 10:00
Berlin: Ekonom Jerman memperingatkan, upaya Washington untuk membangun kembali basis manufakturnya melalui tarif besar-besaran dinilai akan menjadi bumerang, berpotensi merugikan konsumen dan bisnis Amerika Serikat (AS) sebelum kebangkitan industri yang sesungguhnya dapat berakar.
Profesor emeritus di Universitas Bremen, Jerman, Wolfram Elsner menyampaikan, kenaikan tarif yang diberlakukan oleh Pemerintah AS telah menciptakan ketidakstabilan global tanpa meletakkan dasar bagi reindustrialisasi sejati.
"Kebijakan tarif AS baru-baru ini menunjukkan potensi mengganggu struktur ekonomi dan perdagangan internasional. Kebijakan ini telah menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan di kalangan perusahaan, pemerintah, dan warga negara di seluruh dunia," jelas Elsner, seperti dikutip dari Xinhua, Kamis, 22 Mei 2025.
Pejabat AS telah menggunakan tarif sebagai cara untuk mengurangi defisit perdagangan dengan sebagian besar negara di dunia. Namun, ekonom tersebut berpendapat langkah-langkah ini, yang sebagian bertujuan untuk memindahkan produksi ke AS, mencerminkan kesalahpahaman mendasar tentang rantai nilai global saat ini.
Sebagai contoh Tiongkok. Elsner menjelaskan banyak barang yang diimpor AS dari Tiongkok, pada kenyataannya, diproduksi oleh perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di sana.
Penurunan ekspor komoditas industri AS ke Tiongkok bukan disebabkan oleh hambatan perdagangan eksternal, melainkan lokalisasi produksi yang strategis oleh perusahaan-perusahaan AS di Tiongkok.
"Tiongkok telah membangun kondisi produksi yang sangat efisien. Dalam konteks ini, perusahaan-perusahaan AS telah membangun seluruh rantai nilai tambah di Tiongkok, yang diuntungkan oleh klaster industri, tenaga kerja terampil, infrastruktur yang kuat, dan ekosistem inovasi, sumber daya yang saat ini kurang tersedia di Amerika Serikat," papar dia.
Baca juga: Takut Dominasi Tiongkok, Alasan Trump Kenakan Tarif Resiprokal |