Dolar AS Perkasa seiring Meningkatnya Konflik di Timur Tengah

Dolar AS. Foto: Freepik.

Dolar AS Perkasa seiring Meningkatnya Konflik di Timur Tengah

Husen Miftahudin • 14 June 2025 08:24

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang utama, termasuk euro dan yen, pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB). Ini karena pasar mengambil aset-aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah menyusul serangan Israel terhadap Iran.

Mengutip Xinhua, Sabtu, 14 Juni 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,27 persen menjadi 98,184.

Pada akhir perdagangan New York, euro melemah menjadi USD1,1541 dari USD1,1578 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris melemah menjadi USD1,3563 dari USD1,3596 pada sesi sebelumnya.

Sementara, dolar AS dibeli 143,96 yen Jepang, lebih tinggi dari 143,52 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS tidak berubah pada 0,8115 franc Swiss.

Mata uang Negeri Paman Sam itu turun menjadi 1,3594 dolar Kanada dari 1,3603 dolar Kanada. Dolar AS menguat menjadi 9,4994 kronor Swedia dari 9,4464 kronor Swedia.
 

Baca juga: Meski Naik 16%, Konsumen AS Masih Waspada Arah Ekonomi


(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Perang Israel vs Iran


Israel melancarkan serangkaian serangan di Iran pada Jumat, menyerang fasilitas nuklir dan pabrik rudal serta menewaskan sejumlah komandan militer. Sebagai balasan, kantor berita negara Iran, IRNA, mengatakan ratusan rudal balistik telah diluncurkan.

Presiden AS Donald Trump, sekutu utama Israel, mendesak Iran untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya, yang menunjukkan Teheran telah melakukan serangan terhadap dirinya sendiri dengan menolak ultimatum AS dalam pembicaraan untuk membatasi pengayaan uraniumnya.

Di tengah konflik Timur Tengah, investor mengabaikan sebagian besar data yang menunjukkan sentimen konsumen AS membaik untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada periode Juni.

Survei Konsumen Universitas Michigan pada Jumat mengatakan Indeks Sentimen Konsumen melonjak menjadi 60,5 bulan ini, melampaui jajak pendapat Reuters terhadap ekspektasi ekonom.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)