Logo Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA. (Anadolu Agency)
Washington: Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) secara resmi memberhentikan kepala ilmuwannya, Katherine Calvin, sebagai bagian dari langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) bertahap yang diperintahkan Presiden Donald Trump.
Langkah ini menjadi bagian dari serangkaian kebijakan pemerintahan Trump yang secara signifikan melemahkan penelitian perubahan iklim di Amerika Serikat.
Meski tahap awal PHK ini hanya berdampak pada 23 pegawai, juru bicara NASA mengonfirmasi bahwa pengurangan tenaga kerja lebih lanjut akan segera dilakukan.
PHK Massal di NASA Dimulai
“Untuk mengoptimalkan tenaga kerja dan mematuhi Perintah Eksekutif, NASA memulai pendekatan bertahap dalam pengurangan tenaga kerja atau yang dikenal sebagai Reduction in Force (RIF),” kata Cheryl Warner, juru bicara NASA, dalam pernyataan resminya.
"Sejumlah kecil pegawai menerima pemberitahuan pada 10 Maret bahwa mereka termasuk dalam program RIF. Jika memenuhi syarat, mereka dapat memilih berpartisipasi dalam skema pensiun dini sukarela (VERA) atau melanjutkan proses RIF," tambahnya, seperti dikutip Malay Mail, Rabu, 12 Maret 2025.
Salah satu posisi penting yang dihilangkan adalah Kepala Ilmuwan yang sebelumnya dijabat oleh Katherine Calvin, seorang pakar klimatologi ternama yang turut berkontribusi dalam laporan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim. Calvin dan delegasi AS lainnya juga dilarang menghadiri pertemuan ilmiah penting di Tiongkok bulan lalu.
Selain posisi kepala ilmuwan, NASA juga menutup Kantor Teknologi, Kebijakan, dan Strategi, serta Cabang Keberagaman, Kesetaraan, Inklusi, dan Aksesibilitas yang berada di bawah Kantor Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI).
Peran Jared Isaacman di Balik Penundaan PHK Massal
Meski NASA telah menghindari pemangkasan besar-besaran yang dialami lembaga lain, hal ini dilaporkan berkat campur tangan Jared Isaacman, miliarder pembayaran digital dan pelanggan SpaceX yang diangkat Trump sebagai Kepala NASA.
Isaacman dikenal memiliki hubungan dekat dengan Elon Musk, penasihat utama Trump dalam kebijakan pemangkasan anggaran federal.
Pada Februari lalu, NASA bersiap memberhentikan sekitar 1.000 pegawai dalam masa percobaan. Namun, menurut laporan Ars Technica, Isaacman meminta agar rencana PHK tersebut ditunda. Hingga kini, NASA belum memberikan penjelasan resmi mengenai alasan di balik penundaan tersebut.
Laporan dari NASA Watch yang mengutip memo internal mengindikasikan bahwa gelombang PHK ini bisa menandai pergeseran fokus lembaga tersebut dari penelitian ilmiah menuju eksplorasi luar angkasa.
Prioritas Trump dan Musk Fokus pada Misi ke Mars
Presiden Trump dan Elon Musk secara terbuka mendukung misi manusia ke Mars. Dalam pidato kenegaraannya minggu lalu, Trump menegaskan komitmennya untuk menempatkan bendera AS di Mars.
“Amerika Serikat akan menancapkan bendera di planet Mars dan bahkan melangkah lebih jauh lagi,” ujar Trump dalam pidatonya.
Namun, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran karena NASA selama ini memegang peran penting dalam penelitian iklim global. Lembaga ini mengoperasikan satelit pemantau Bumi, melakukan penelitian berbasis udara dan darat, mengembangkan model iklim canggih, serta menyediakan data terbuka bagi komunitas ilmiah dan publik.
Sejalan dengan pandangannya yang skeptis terhadap perubahan iklim, Trump sebelumnya telah menarik AS dari Perjanjian Paris untuk kedua kalinya.
Gelombang PHK di Lembaga Ilmiah Lain
Tidak hanya NASA, kebijakan Trump juga berdampak pada lembaga ilmiah lainnya. Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), lembaga utama AS yang bertanggung jawab atas penelitian iklim dan cuaca, telah memberhentikan ratusan pegawainya. Sumber internal memperkirakan akan ada lebih banyak PHK dalam waktu dekat.
Keputusan untuk memangkas anggaran dan tenaga kerja di lembaga-lembaga ilmiah ini memicu kekhawatiran akan masa depan penelitian perubahan iklim di AS, terutama di tengah meningkatnya tantangan global terkait krisis iklim. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Trump Bakal Pangkas Anggaran Ilmuwan dan Pejabat Kesehatan