Rusia Sebut Rencana Prancis Kirim Pasukan ke Ukraina “Mengkhawatirkan”

Moskow: Kremlin menyatakan kekhawatiran atas laporan intelijen Rusia (SVR) yang mengungkap rencana Prancis mengirim 2.000 tentara ke Ukraina.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai langkah tersebut sebagai perkembangan yang “mengkhawatirkan”, dan menegaskan bahwa Prancis bersama Inggris kini memimpin koalisi negara-negara Barat yang bersedia menempatkan pasukan di wilayah Ukraina pasca-konflik.

Pernyataan ini disampaikan Peskov dalam konferensi pers di Moskow, Selasa, 28 Oktober 2025, menanggapi meningkatnya dukungan militer Barat terhadap Kyiv.

Selain mengkritik Prancis, Peskov juga menyoroti pernyataan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk yang mendukung hak Ukraina untuk menyerang infrastruktur Rusia.

Menurut Peskov, pernyataan tersebut sama saja dengan “membenarkan aksi teroris”. Ia menyerukan agar negara-negara Uni Eropa meninjau kembali aliansi politik mereka dengan Polandia.

“Di sini, orang Eropa harus mempersiapkan diri untuk fakta bahwa jika mereka melanjutkan hubungan mereka dengan rezim Kyiv seperti sekarang, mereka harus membayar lebih lama dan lebih banyak,” ujar Peskov dalam pernyataanya, dikutip dari Anadolu, Rabu, 29 Oktober 2025.

Di sisi lain, Rusia disebut masih memiliki sumber daya energi yang “kompetitif dan strategis” bagi banyak negara, termasuk Hungaria.

Menanggapi isu regional lainnya, Kremlin memastikan komunikasi dengan wilayah eksklave Kaliningrad tetap berjalan lancar meski ada ancaman blokade dari Lithuania.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin bersama Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui juga membahas langkah memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama bilateral antara kedua negara. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi mengenai rencana kunjungan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un ke Rusia.


(Muhammad Adyatma Damardjati)