Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 17 August 2025 09:57
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Ukraina sebaiknya membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia, dengan alasan “Rusia adalah kekuatan besar, dan mereka (Ukraina) bukan.”
Mengutip dari AsiaOne, Minggu, 17 Agustus 2025, pernyataan itu muncul setelah pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat lalu, di mana Putin dilaporkan menuntut tambahan wilayah dari Ukraina.
Menurut sumber yang mengetahui pertemuan itu, Trump menyampaikan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Putin menawarkan untuk membekukan sebagian besar garis depan jika Kyiv menyerahkan seluruh wilayah Donetsk, kawasan industri strategis yang menjadi salah satu target utama Moskow. Zelensky menolak tuntutan tersebut.
Saat ini, Rusia sudah menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk hampir tiga perempat provinsi Donetsk yang pertama kali dimasuki pasukan Rusia sejak 2014.
Trump juga menyatakan setuju dengan Putin bahwa kesepakatan damai sebaiknya dicapai tanpa gencatan senjata terlebih dahulu, berbeda dengan posisi awalnya sebelum pertemuan yang menuntut adanya jeda tembak.
“Telah disepakati semua pihak bahwa cara terbaik mengakhiri perang mengerikan antara Rusia dan Ukraina adalah langsung menuju Perjanjian Damai, bukan sekadar Gencatan Senjata yang sering kali tidak bertahan lama,” tulis Trump di media sosialnya, Truth Social.
Zelensky menanggapi bahwa keengganan Rusia menghentikan pertempuran akan mempersulit upaya perdamaian jangka panjang. “Menghentikan pembunuhan adalah kunci utama untuk menghentikan perang,” kata dia di platform X.
Meski demikian, Zelensky memastikan akan bertemu dengan Trump di Washington pada Senin besok. Pertemuan itu mengingatkan pada momen Februari lalu, ketika Zelensky mendapat kritik keras di Gedung Putih dari Trump dan Wakil Presiden JD Vance. Trump bahkan membuka kemungkinan menggelar pertemuan tiga pihak bersama Putin dan Zelensky setelah itu.
Sementara itu, sekutu Eropa Ukraina menyambut baik upaya diplomasi Trump, namun tetap menegaskan dukungan penuh terhadap Ukraina serta rencana memperketat sanksi terhadap Rusia. Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul menyebut pemimpin Eropa juga berpotensi hadir dalam pertemuan di Gedung Putih.
Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada Februari 2022 dan terus melakukan serangan bertahap hingga kini. Perang yang disebut sebagai konflik paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun terakhir itu telah menewaskan atau melukai lebih dari satu juta orang di kedua belah pihak, termasuk ribuan warga sipil Ukraina, menurut para analis.
Baca juga: Trump Ingin Perang Rusia-Ukraina Diakhiri dengan Perjanjian Damai, Bukan Gencatan Senjata