AS berpotensi memberikan kapal selam nuklir kepada Korea Selatan. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 19 November 2025 09:59
Pyongyang: Media pemerintah Korea Utara (Korut) mengecam kesepakatan terbaru antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) yang memungkinkan Seoul mulai mengembangkan armada kapal selam serang bertenaga nuklir pertama mereka, menyebutnya sebagai “deklarasi konfrontasi.”
Korean Central News Agency (KCNA) menilai langkah Washington sebagai tanda taktik berbahaya yang dapat memicu perlombaan senjata global.
“Fakta bahwa AS, mengabaikan bahaya perlombaan senjata nuklir yang akan muncul dari proliferasi nuklir kepada negara non-nuklir, menyetujui kepemilikan kapal selam nuklir oleh Korea Selatan dan kemudian mengizinkan pengayaan uranium serta pemrosesan ulang bahan bakar bekas, sehingga membuka jalan bagi Korea Selatan untuk naik ke status ‘quasi-nuclear power,’ jelas menunjukkan taktik konfrontatif berbahaya AS,” ujar KCNA dan dikutip Anadolu, Rabu, 18 November 2025.
Media tersebut juga merujuk lembar fakta bersama yang dirilis Gedung Putih setelah pertemuan bulan lalu di Korea Selatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung.
KCNA menyebut dokumen itu kembali menegaskan kebijakan bermusuhan terhadap Pyongyang. Dalam lembar fakta tersebut, kedua pemimpin “menegaskan kembali komitmen mereka terhadap denuklirisasi total DPRK (Korea Utara) serta perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.”
KCNA menuding Washington dan Seoul mengganti ungkapan “denuklirisasi penuh Semenanjung Korea” yang sebelumnya sering digunakan secara formal dengan “denuklirisasi penuh Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara).”
Pernyataan ini menjadi respons pertama Pyongyang terhadap dokumen yang dirilis kedua sekutu pada Jumat lalu, yang menurut KCNA menunjukkan bahwa kedua pemerintah tengah mendorong “konfrontasi terbuka” terhadap Korea Utara.
Respons Korsel
Menanggapi kritik Pyongyang, juru bicara kepresidenan Korea Selatan Kang Yu-jung menegaskan bahwa Seoul tidak memiliki niat “bermusuhan” terhadap Korea Utara.
“Kami akan terus bekerja secara konsisten untuk meredakan ketegangan antar-Korea dan membangun kembali kepercayaan,” ujar Kang, dikutip Yonhap News Agency.
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun menegaskan bahwa Semenanjung Korea tanpa senjata nuklir merupakan “keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.” Ia menambahkan, “Prioritas utama Korea di bidang keamanan adalah mencegah perang dan memastikan Semenanjung Korea tidak menjadi titik panas konflik bersenjata.”
Selama kunjungan ke Korea Selatan bulan lalu, Trump menyatakan pemerintahannya akan membagikan teknologi propulsi nuklir kepada Seoul untuk membantu angkatan lautnya membangun setidaknya satu kapal selam bertenaga nuklir.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan kemudian mengumumkan rencana untuk meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir berbasis teknologi domestik pada pertengahan hingga akhir 2030-an.
Baca juga: AS Berharap Kapal Selam Nuklir Korsel Mampu Tahan Ekspansi Maritim Tiongkok