AS berharap kapal selam bertenaga nuklir Korea Selatan dapat menahan laju ekspansi cepat armada Tiongkok. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 16 November 2025 16:07
Washington: Amerika Serikat (AS) menginginkan Korea Selatan pada akhirnya mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir yang baru disetujui Washington untuk membantu menahan ekspansi cepat armada Tiongkok, menyebutnya sebagai tanggung jawab yang diharapkan dari sekutu utama, menurut seorang laksamana tinggi AS.
“Pemanfaatan kapal selam tersebut untuk menghadapi Tiongkok adalah hal yang wajar dengan kemampuan seperti itu,” kata Laksamana Daryl Caudle, Kepala Operasi Angkatan Laut AS, di Seoul pada 14 November.
Pernyataan itu disampaikan beberapa jam setelah kedua negara merilis lembar fakta yang secara resmi menandai persetujuan AS bagi Korea Selatan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.
“Saya pikir akan ada tanggung jawab bagi Korea untuk mengerahkan kapal selam tersebut secara global dan bergerak dari angkatan laut regional menjadi angkatan laut global,” ujar Laksamana Caudle, seperti dikutip dari The Straits Times, Minggu, 16 November 2025.
'Lampu hijau' tak terduga dari AS itu muncul setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung pada akhir Oktober.
Meski persetujuan ini menjadi kemenangan besar bagi Korea Selatan yang selama bertahun-tahun mengupayakan kapal selam bertenaga nuklir, komentar Laksamzna Caudle menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara kedua sekutu mengenai proyek tersebut.
Korea Selatan mengatakan ingin menggunakan kapal selam itu untuk menghalau ancaman Korea Utara.
Kedua negara juga tampak berbeda pendapat mengenai lokasi pembangunan kapal selam, jenisnya, serta apakah AS akan menerima kapal gratis sebagai bagian dari kesepakatan, menurut sumber yang mengetahui isu tersebut.
Pembangunan kapal selam itu pun diperkirakan masih membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Pembicaraan mengenai kapal selam baru ini muncul di tengah situasi sensitif bagi Seoul ketika Presiden Lee berupaya memperbaiki hubungan dengan Beijing. Dalam kunjungannya ke Korea Selatan bulan lalu, yang merupakan kali pertama dalam 11 tahun, Presiden Xi Jinping mengatakan Tiongkok siap memperdalam komunikasi dan kerja sama dengan Korea Selatan.
Laksamana Caudle menyebut keputusan AS untuk membantu Korea Selatan membangun kapal selam serang bertenaga nuklir sebagai “momen bersejarah” bagi kedua negara, namun mengakui prosesnya “tidak akan cepat”.
Kedua negara harus menangani berbagai isu, termasuk merevisi atau mencari jalan untuk merekonsiliasi perjanjian energi nuklir yang melarang Seoul menggunakan bahan bakar nuklir untuk keperluan militer. Keraguan juga muncul terkait berbagai hambatan hukum dan kebijakan yang kemungkinan dihadapi kedua belah pihak.
Laksamana Caudle mengatakan kemampuan angkatan laut Korea Utara masih dianggap sebagai ancaman regional dan bukan ancaman langsung bagi AS. Meskipun Pyongyang berupaya memperoleh rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam, ia menilai kemampuan itu masih “jauh dari kredibel”.
Ketika ditanya soal pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford ke Amerika Latin, laksamana tersebut mengatakan ia tidak khawatir terhadap dampaknya bagi kesiapan armada AS.
Ia menegaskan bahwa kelompok tempur Ford tidak dikerahkan lebih lama dari jadwal awal. “Perpanjangan penugasan memang berat bagi kapal kami. Itu mempengaruhi kesiapan dan pemeliharaannya,” katanya. “Ketika kami menetapkan penugasan tujuh bulan, saya ingin kapal kembali pada titik tujuh bulan, bukan lebih lama.”
Baca juga: Kapal Selam AS Tiba di Korsel, Korut Makin Marah