Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Sesmendukbangga) Budi Setiyono. Metrotvnews.com/Zaenal
Zaenal Arifin • 19 November 2025 17:04
Jakarta: Ekonomi Indonesia tidak tumbuh signifikan karena adanya tantangan yang luput dari perhatian. Tantangan itu ialah rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satu dekade terakhir menunjukkan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan berkisar di angka 53–55 persen.
"Nilai itu jauh di bawah angkatan kerja laki-laki yang lebih dari 80 persen," ujar Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Sesmendukbangga) Budi Setiyono, di kantornya, Halim, Jakarta Timur, Rabu, 19 November 2025.
Budi menyampaikan rendahnya partisipasi ini mencerminkan ada hambatan struktural, mulai dari beban kerja domestik yang tidak terdistribusi secara adil, budaya patriarki, hingga akses pendidikan dan pelatihan yang tidak merata.
"Padahal, jika TPAK perempuan naik 10 poin saja, berbagai studi ekonomi makro memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat signifikan, bahkan berkontribusi ke tambahan output 5 sampai 8 persen," ungkap dia.
Budi menjelaskan angka tersebut dapat dicapai karena tiga alasan kunci. Pertama, penambahan tenaga kerja produktif, yaitu ketika lebih banyak perempuan masuk pasar kerja, kapasitas produksi nasional meningkat.
"Ini berarti lebih banyak barang dan jasa yang dapat diciptakan, yang langsung mendorong Produk Domestik Bruto (PDB)," kata dia.
Baca Juga:
BI Kerek Ramalan Ekonomi Indonesia, Tahun Ini Bisa Sampai 5,5%! |