Garis polisi dipasang di salah satu lokasi serangan bom di Kolombia. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 11 June 2025 15:26
Kolombia: Setidaknya dua polisi dan lima warga sipil tewas dalam 17 serangan bom yang melanda wilayah Cauca dan Valle del Cauca di Kolombia barat daya. Belasan ledakan ini juga membuat 36 orang terluka, dengan 22 di antaranya dibawa ke berbagai rumah sakit dan klinik.
Pihak berwenang Kolombia mengatakan rentetan serangan ini dilakukan oleh kelompok pemberontak FARC dalam memperingati tahun ketiga kematian Leider Johany Noscue, atau dikenal sebagai Mayimbu. Rentetan serangan terjadi di tengah sorotan global atas penembakan terhadap calon presiden Kolombia, Miguel Uribe Turbay.
Baca juga: Remaja 15 Tahun Didakwa Pasal Percobaan Pembunuhan terhadap Capres Kolombia
Serangan terbaru ini secara khusus ditujukan kepada aparat kepolisian. Penembak jitu FARC dilaporkan telah membunuh Jair Gonzalo Gurrute, seorang polisi patroli berusia 24 tahun dari Caloto.
Seorang polisi lainnya tewas ketika orang-orang bersenjata memasang alat peledak di pos pemeriksaannya di dekat pintu tol Villa Rica, Cauca.
Selain itu, pihak berwenang melaporkan bahwa dua warga sipil tewas dalam ledakan terpisah di dekat kantor polisi Cali, dan ledakan bom lainnya menewaskan empat orang di Jamundi. Mereka juga mengaitkan serangan tersebut dilakukan oleh FARC.
Namun, terdapat beberapa serangan yang tidak berakibat fatal di wilayah Cauca, yaitu di Buenos Aires, Timbiqui, Corinto, dan Patia. Menteri Pertahanan Kolombia Pedro Sanchez menyatakan bahwa serangan-serangan tersebut merupakan respons terhadap keberhasilan militer belakangan ini di wilayah tersebut.
“Kami menembus inti operasi Mordisco, baik di Ngarai Micay maupun pegunungan Narino. Mereka tidak dapat menghadapi pasukan keamanan secara langsung sehingga menggunakan tindakan teroris untuk meredakan tekanan,” ucap Sanchez kepada media lokal.
Wali Kota Cali, Alejandro Eder dan Gubernur Valle del Cauca, Dilian Francisca Toro, pun mengutuk serangan tersebut.
Kolombia telah mengalami peningkatan besar dalam kekerasan politik dan kriminal dalam beberapa bulan terakhir oleh FARC dan kelompok pemberontak gerilya sayap kiri Tentara Pembebasan Nasional (ELN).
Pemerintah Gustavo Petro telah berupaya membawa berbagai kelompok bersenjata itu ke meja perundingan. Namun, kelompok-kelompok tersebut tetap mengintensifkan pertempuran untuk wilayah yang penting bagi transportasi narkoba, dan pengaruh mereka terus meluas di Kolombia. (Nada Nisrina)