Ribuan warga Nepal turun ke jalanan kota Kathmandu dalam memprotes larangan media sosial, Selasa, 8 September 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 September 2025 06:28
Kathmandu: Setidaknya 19 orang tewas ketika polisi membubarkan demonstrasi pemuda di Kathmandu dan sejumlah wilayah lain di Nepal, yang menuntut pemerintah mencabut larangan menggunakan media sosial serta menyerukan pemberantasan korupsi.
Sejumlah platform media sosial, termasuk Facebook, YouTube, dan X, tidak bisa diakses di Nepal sejak Jumat lalu setelah pemerintah memblokir 26 platform yang belum terdaftar, memicu kemarahan dan kebingungan di kalangan pengguna.
Mengutip dari nzherald.co.nz, Selasa, 9 September 2025, polisi menembakkan peluru karet, gas air mata, meriam air, dan memukul dengan pentungan ketika massa mencoba menerobos kawat berduri dan berupaya masuk ke area terbatas di dekat gedung Parlemen Nepal.
“Sebanyak 17 orang meninggal,” ujar juru bicara kepolisian Lembah Kathmandu, Shekhar Khanal, kepada AFP.
Dua korban lainnya dilaporkan tewas di Distrik Sunsari, Nepal timur, menurut media lokal. Khanal menambahkan, sekitar 400 orang terluka, termasuk lebih dari 100 polisi.
Menyusul kekerasan ini, Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak mengundurkan diri dalam rapat kabinet pada malam harinya, lapor media setempat.
“Saya datang untuk unjuk rasa damai, tapi pemerintah menggunakan kekerasan,” kata Iman Magar, 20 tahun, yang terkena tembakan di lengan kanan.
“Itu bukan peluru karet, melainkan peluru logam, dan menghancurkan sebagian tangan saya. Dokter bilang saya perlu operasi,” sambung dia.
Suara sirene meraung di seluruh kota saat para korban dilarikan ke rumah sakit.
“Saya belum pernah melihat situasi yang begitu mengerikan di rumah sakit,” kata Ranjana Nepal, pejabat informasi di Civil Hospital yang menerima banyak korban luka.
“Gas air mata sampai masuk ke area rumah sakit, membuat dokter sulit bekerja,” ujarnya kepada AFP.
Baca juga: Demo Gen Z Nepal Melawan Pemerintah Berujung Bentrok, 10 Orang Dilaporkan Tewas