Ilustrasi. Foto: partnership-id.com
Insi Nantika Jelita • 13 July 2025 15:30
Jakarta: Analis kebijakan ekonomi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menegaskan prioritas utama dunia usaha tetap berada di dalam negeri. Namun, jika secara bisnis lebih menguntungkan untuk membangun fasilitas produksi di AS, pengusaha terbuka melihat peluang tersebut.
"Prinsip kami di dunia usaha adalah membangun optimisme. Pilihan kita adalah terus berharap pada hasil terbaik, tetapi tetap mempersiapkan diri untuk skenario terburuk," ucap Ajib dalam program Kontroversi bertajuk Tarif Kejam Trump yang disiarkan di YouTube Metro TV, dikutip Minggu, 13 Juli 2025.
Ajib menjelaskan jika skenario terburuk terjadi, misalnya tarif Trump tetap dikenakan sebesar 32 persen bahkan ditambah 10 persen akibat keanggotaan Indonesia di BRICS, maka dunia usaha siap dengan langkah strategis. Seperti negosiasi ulang terhadap kerja sama dagang bilateral dengan AS dan diversifikasi pasar ekspor.
Selain isu tarif, masalah likuiditas juga menjadi perhatian utama pelaku usaha. Ajib mengatakan jika Donald Trump menyebut dollar is a king, di dunia usaha pun prinsip serupa berlaku, yakni cash is a king. Namun, realitasnya, pelaku usaha di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal biaya dana (cost of fund) yang tinggi.
Struktur pembiayaan yang membebani dunia usaha menyebabkan ekonomi biaya tinggi secara umum. Bunga pinjaman bank di Indonesia rata-rata masih berada di dua digit. "Untuk mendapatkan bunga sembilan persen saja, pelaku usaha harus memenuhi banyak syarat," jelas Ajib.
Dia juga menyoroti margin bunga bersih (net interest margin) perbankan Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia, yang justru memperburuk daya saing dunia usaha. Di sisi lain, isu penciptaan lapangan kerja (job creation) juga menjadi perhatian bersama, baik di AS maupun Indonesia.
Masalah ini, menurut Ajib tidak bisa dilihat secara parsial, karena menyangkut stabilitas fiskal dan struktur ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, kerja sama ekonomi dan strategi diplomasi dagang harus diarahkan tidak hanya untuk memperluas pasar, tapi juga menjawab tantangan struktural di masing-masing negara.
Baca juga: Implementasi Tarif Trump 32?lum Berlaku, Indonesia Terus Rayu AS |