Akademisi Pro-Palestina Badar Khan Suri Segera Dibebaskan dari Tahanan Texas

Protes menuntut kebebasan Badar Suri. Foto: Anadolu

Akademisi Pro-Palestina Badar Khan Suri Segera Dibebaskan dari Tahanan Texas

Fajar Nugraha • 15 May 2025 16:00

Texas: Pada Rabu, 14 Mei 2025, hakim federal di Virginia, Amerika Serikat (AS) memerintahkan pembebasan sarjana Georgetown University, Badar Khan Suri, dengan jaminan. Sebelumnya, pada 17 Maret, Suri dibawa paksa oleh kelompok bertopeng di luar rumahnya di pinggiran kota Washington, DC.

Kelompok tersebut ternyata adalah agen federal. Mereka mengatakan visa Suri dicabut atas perintah Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, karena telah menyebarkan propaganda Hamas dan mempromosikan antisemitisme di media sosial.

Suri telah ditahan oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) sejak saat itu, ia dipindahkan ke fasilitas yang berjarak 1.500 mil dari keluarganya di Alvarado, Texas. Kondisi tempatnya berada ia deskripsikan penuh sesak dan tidak bersih. Sementara itu, kasusnya yang menentang upaya pemerintah untuk mendeportasinya karena pandangan politiknya, akan terus berlanjut.

“Mendengarkan kata-kata hakim membuat saya menitikkan air mata,” kata istri Suri, Saleh, seperti dikutip AFP, Kamis 15 Mei 2025.

Ia berharap dapat menyambut Suri dengan pelukan hangat bersama ketiga anaknya yang setiap hari merindukan ayah mereka. 

Saleh juga menegaskan bahwa menyuarakan kondisi di Palestina bukan suatu kejahatan. “Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa negara ini masih merupakan tempat di mana orang dapat dan memang mengekspresikan keyakinan mereka tanpa rasa takut,” tambahnya.

Sementara itu, terkait dengan keputusan hakim, Direktur Hukum American Civil Liberties Union of Virginia, Eden Heilman, menggarisbawahi bahwa konstitusi seharusnya melindungi semua—tanpa memandang kewarganegaraan—dari sasaran pemerintah akibat pidato politik atau hubungan keluarga seseorang.

“Pemerintahan Trump berusaha membungkam ucapan yang tidak disetujuinya dengan menargetkan orang-orang, seperti Dr. Khan Suri dan Mahmoud Khalil, padahal suara mereka bukanlah hal yang ilegal,” katanya.

Heilman juga menambahkan bahwa penangkapan dan penahanan Suri merupakan "serangan ekstrem yang belum pernah terjadi dan dirancang untuk menghukum akademisi atas pandangan mereka".

Diketahui, pada minggu lalu, hakim telah menolak permintaan pemerintahan Trump untuk membatalkan kasus Suri atau memindahkannya ke Texas, pihaknya bersikeras tetap mempertahankan Suri di Virginia. Selain itu, kasus terkait imigrasi yang berupaya mendeportasi Suri sedang diproses di Texas. Sidang imigrasi berikutnya dijadwalkan pada 3 Juni.

Setelah dipindahkan ke lima fasilitas ICE yang berbeda di tiga negara bagian dalam empat hari, Suri tiba di pusat penahanan imigrasi di Texas, tempat ia menghabiskan hampir dua minggu di sebuah kamar tanpa tempat tidur dengan televisi yang menyala selama dua puluh satu jam sehari.

Meskipun, sedang menjalankan bulan suci Ramadan, pejabat ICE menolak memberinya air dan makanan untuk berbuka puasa. Ia hanya diberi pakaian dalam bekas, dan seragam merah terang yang disediakan untuk orang-orang yang diduga menimbulkan ancaman keamanan besar.


Mengapa Suri menjadi sasaran?

Penangkapan Suri pada pertengahan Maret lalu terjadi beberapa minggu setelah sejumlah situs berita pro-Israel mulai menjelek-jelekkan dirinya dan Saleh atas hubungan mereka dengan Palestina.

Suri, yang bekerja sebagai peneliti pascadoktoral di Alwaleed Bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding di School of Foreign Service di Georgetown University, Washington, DC, diberi tahu bahwa visa pelajarnya telah dicabut dan ia terancam dideportasi.

Dalam sebuah artikel pada akhir Februari, organisasi konservatif pro-Israel, Middle East Forum, mengatakan bahwa mereka telah menemukan bahwa istri Suri adalah putri Ahmed Yousef, mantan penasihat politik senior Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas saat itu.

Para pengacara mencatat bahwa Saleh dimasukkan ke dalam daftar hitam situs pro-Israel Canary Mission. Pekerjaan Suri sebelumnya di Al Jazeera dan kota kelahirannya, Gaza, disebut sebagai dukungan atas dugaan hubungannya dengan Hamas.

Beberapa jam setelah kasus Suri menjadi berita, Middle East Forum mengklaim bahwa pihaknya bertanggung jawab atas penangkapan tersebut.

Saleh menanggapi pernyataan terkait suaminya dianggap sebagai ancaman bagi AS sebagai hal paling konyol yang pernah didengarnya. "Badar adalah orang yang cinta damai yang mempelajari perdamaian. Dia adalah seorang sarjana yang mencintai buku dan mengajar," kata Saleh.

Sementara itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri tidak membalas permintaan Middle East Eye untuk berkomentar. Namun, dalam korespondensi sebelumnya, mereka memberi tahu MEE bahwa Suri telah menyebarkan propaganda Hamas dan mempromosikan antisemitisme di media sosial.

"Suri memiliki hubungan dekat dengan seorang teroris terduga yang merupakan penasihat senior Hamas. Menteri Luar Negeri mengeluarkan keputusan pada 15 Maret 2025 bahwa aktivitas dan kehadiran Suri di Amerika Serikat membuatnya dapat dideportasi," bunyi pernyataan yang dikirim ke MEE. Departemen tersebut tidak memberikan contoh apapun tentang dugaan antisemitisme Suri.

Pembebasan Suri menyusul pembebasan dua mahasiswa lain yang ditahan karena pandangan pro-Palestina mereka di berbagai wilayah negara. Dalam dua minggu terakhir, pengadilan federal juga telah memerintahkan mahasiswa Columbia, Mohsen Mahdawi, dan mahasiswa PhD Tufts, Rumeysa Ozturk agar dibebaskan dari tahanan.

"Perintah pengadilan hari ini seharusnya mengirimkan pesan yang jelas kepada pemerintahan Trump bahwa mereka tidak dapat menangkap seseorang, memisahkan mereka dari keluarga mereka, dan memenjarakan mereka hanya karena mereka berdiri dalam solidaritas dengan Palestina dan menentang genosida di Gaza," kata Astha Sharma Pokharel, staf pengacara di Center for Constitutional Rights.

(Nada Nisrina)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)