Habis Gelap, Terbitlah Perlawanan! Seruan Baru di Balik #IndonesiaGelap

Demonstrasi ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Habis Gelap, Terbitlah Perlawanan! Seruan Baru di Balik #IndonesiaGelap

M Rodhi Aulia • 18 February 2025 15:07

Jakarta: Jika selama ini ungkapan "Habis Gelap, Terbitlah Cahaya" menjadi simbol harapan, kini maknanya mendapat twist baru: "Habis Gelap, Terbitlah Perlawanan!" Amnesty International Indonesia menggunakan tagline ini untuk menggaungkan aksi nyata merespons berbagai kebijakan yang menjadi sorotan rakyat.

Ungkapan "Habis Gelap, Terbitlah Cahaya (terang)" sendiri berasal dari buku kumpulan surat R.A. Kartini, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul Door Duisternis Tot Licht oleh J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda saat itu. Buku ini merupakan kumpulan surat Kartini kepada teman-temannya di Eropa, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada 1922 oleh Bagindo Dahlan Abdullah, Zainudin Rasad, Sutan Muhammad Zain, dan Djamaloedin Rasad, yang menyebut diri mereka sebagai Empat Saudara.

Kini, lebih dari seabad setelah surat-surat Kartini dibukukan, frasa itu mendapatkan interpretasi baru. Amnesty menyoroti berbagai isu, mulai dari pemangkasan anggaran pendidikan, impunitas atas kekerasan aparat, hingga proyek strategis nasional yang merusak lingkungan dan merampas hak masyarakat adat.

Baca juga: Demo Mahasiswa 'Indonesia Gelap' di Jakarta Hampir Berujung Ricuh

“Saat kondisi hidup layak yang seharusnya adalah hak kita bahkan menjadi sulit dicapai, kita berhak melawan dan mengingatkan negara akan kewajibannya menghormati, melindungi, dan memenuhi hak kita,” tegas Amnesty melalui akun X yang dikutip Selasa, 18 Februari 2025.

Dengan narasi baru ini, Amnesty tampak mengajak publik untuk tidak hanya menunggu perubahan, tetapi aktif memperjuangkannya. Jika Kartini melihat pendidikan sebagai jalan keluar dari kegelapan, maka hari ini, perlawanan adalah bentuk baru dari perjuangan menuju keadilan dan kesejahteraan.

Tagar #IndonesiaGelap pun menggema di media sosial sebagai simbol kritik dan tuntutan terhadap kebijakan pemerintah. Amnesty menegaskan bahwa suara masyarakat harus terus dikawal agar kebijakan negara benar-benar berpihak pada kesejahteraan rakyat.

Dalam situasi yang semakin penuh tantangan, Amnesty International Indonesia mengajak publik untuk tak hanya melihat gelap sebagai akhir, tetapi sebagai panggilan untuk bergerak. Karena setelah gelap, bukan hanya cahaya yang harus muncul—tetapi juga perlawanan!

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)