FMM BRICS Gagal Capai Komunikasi Bersama, Brasil Kritik Proteksionisme

Pertemuan menteri luar negeri BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil. (brics.br)

FMM BRICS Gagal Capai Komunikasi Bersama, Brasil Kritik Proteksionisme

Willy Haryono • 30 April 2025 09:58

Rio de Janeiro: Pertemuan menteri luar negeri negara-negara BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, pada Selasa, 29 April 2025, berakhir tanpa adanya komunike bersama, meski Brasil secara terpisah mengeluarkan pernyataan keras yang menentang praktik proteksionisme dalam perdagangan global.

Pertemuan yang dihadiri oleh 11 negara anggota BRICS, termasuk lima anggota baru, menjadikan isu kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) sebagai fokus utama diskusi.

“Para menteri menyuarakan keprihatinan serius mengenai meningkatnya tindakan proteksionisme sepihak yang tidak sesuai dengan aturan WTO, termasuk kenaikan tarif timbal balik,” bunyi pernyataan resmi Brasil, dikutip dari The Straits Times, Rabu, 30 April 2025.

Meski tidak menyebut AS secara langsung, pernyataan tersebut diyakini mengacu pada pendekatan Presiden Donald Trump yang selama ini menuai kontroversi di perdagangan internasional.

Tantangan diplomasi dan upaya konsensus

Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira mengakui bahwa proses mencapai konsensus di antara anggota BRICS kini menjadi semakin sulit, terutama setelah diperluasnya keanggotaan. Ia menyampaikan bahwa pihaknya masih terus berupaya menyatukan pandangan agar komunike bersama dapat dihasilkan pada pertemuan puncak BRICS yang akan digelar pada Juli mendatang.

Perluasan keanggotaan yang kini mencakup Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Indonesia, dan Iran, menambah tantangan tersendiri dalam menyelaraskan kepentingan nasional yang beragam. Di luar isu tarif, para menteri juga membahas perlunya reformasi dalam tata kelola ekonomi global serta mendorong peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan antaranggota BRICS.

Prospek dan tantangan ke depan

Gagalnya pertemuan ini dalam menghasilkan komunike bersama menjadi cerminan dari beberapa tantangan mendasar yang dihadapi kelompok tersebut. Di antaranya adalah perbedaan prioritas ekonomi masing-masing negara anggota, ketegangan geopolitik yang turut mempengaruhi dinamika internal BRICS, serta tekanan eksternal yang datang dari kebijakan perdagangan proteksionis yang diterapkan Amerika Serikat.

Pertemuan puncak BRICS yang digelar Juli mendatang akan menjadi momen penentu bagi masa depan kelompok ini, apakah mampu tetap relevan sebagai kekuatan penyeimbang dalam tatanan ekonomi global yang semakin terpolarisasi.

Brasil, sebagai tuan rumah dan motor penggerak diplomasi, berharap dapat menjembatani perbedaan yang ada demi tercapainya kesepakatan yang solid di pertemuan berikutnya. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Baca juga:  Brasil Sebut BRICS Contoh Kuat Multilateralisme di Tengah Tekanan Global

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)