Volatilitas Tinggi, Hati-hati IHSG Rawan Terkoreksi

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Volatilitas Tinggi, Hati-hati IHSG Rawan Terkoreksi

Eko Nordiansyah • 16 June 2025 11:44

Jakarta: Eskalasi konflik Israel-Iran yang meningkat berpotensi mengoreksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Konflik baru yang lebih serius meletus, bukan lagi soal tarif, melainkan eskalasi militer atas serangan Israel ke wilayah Iran.

Ketegangan geopolitik ini langsung memberi tekanan pada pasar keuangan global, termasuk IHSG. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi mengungkapkan, IHSG diproyeksikan akan bergerak melemah dalam jangka pendek.

"Kami memproyeksikan IHSG akan melemah dengan support 6.994 dan resistance di 7.239," ujar dia dalam keterangan resmi, Senin, 16 Juni 2025.

Pelaku pasar akan mencermati dua agenda utama, yakni keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, terkait suku bunga acuan federal funds rate (FFR) yang kemungkinan masih ditahan, serta dinamika lanjutan dari konflik Israel-Iran.
 

Baca juga: 

IHSG Diprediksi Menguat, Ini Rekomendasi Saham Biar Cuan



(Ilustrasi IHSG. MI/Usman Iskandar)

Kekhawatiran akan konflik lebih besar

Konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas, dengan potensi keterlibatan kelompok bersenjata seperti Hizbullah (Lebanon), Houthi (Yaman), dan militer Suriah. Bahkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dapat terlibat lebih jauh jika situasi terus memanas.

Di tengah konflik tersebut, harga komoditas langsung merespons. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyebut harga minyak melonjak tajam, dengan minyak brent naik 7,3 persen ke level USD73,0 per barel.

"Seperti biasanya saat terjadi ketegangan di Timur Tengah, harga minyak melonjak tajam," ucap dia.

Dia menuturkan aset safe haven seperti emas juga mengalami kenaikan, dengan harga emas meningkat 1,4 persen menjadi USD3.432 per troy ons.

Rully menyebut volatilitas jangka pendek hingga menengah kemungkinan akan tetap tinggi. Harga energi yang meningkat dan tingginya permintaan terhadap aset safe haven dapat memicu arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia, terutama pada saham-saham yang banyak dimiliki oleh investor global.

Lebih lanjut, Rully menyoroti dampak negatif eskalasi perang Israel-Iran juga terasa di pasar saham global. Bursa saham Amerika Serikat mengalami tekanan tajam. Dow Jones Industrial Average turun 1,8 persen ke 42.197,8 dan S&P 500 terkoreksi 1,1 persen ke 5.977,0. Aksi jual dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap pergeseran konflik dari perang proxy menjadi konfrontasi militer langsung antara Israel dan Iran.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)