Gaza dalam Kelaparan: Anak-Anak Menangis, Orang Tua Tak Berdaya

Warga Gaza berusaha mendapatkan makanan di lokasi pembagian bantuan. (Anadolu Agency)

Gaza dalam Kelaparan: Anak-Anak Menangis, Orang Tua Tak Berdaya

Willy Haryono • 26 July 2025 11:49

Gaza: Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk seiring berlanjutnya blokade total Israel sejak awal Maret 2025. Warga seperti Akram Basheer, ayah tiga anak yang tinggal di Deir al-Balah, harus menghadapi kenyataan pahit: kelaparan kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Ada saat-saat ketika anak-anak saya hanya bisa makan sekali dalam sehari, kadang tidak sama sekali,” kata Basheer, dikutip dari laporan Middle East Eye, Jumat, 25 Juli 2025. 

“Saya hanya bisa mendukung mereka secara psikologis. Saya katakan, 'Insha'Allah, situasi akan membaik dan makanan akan tersedia,'” tambah dia.

Dengan kondisi ekonomi lumpuh dan akses bantuan tertutup rapat, warga Gaza harus bergantung pada apa pun yang tersedia. Namun, makanan yang diperoleh pun tidak mengandung nilai gizi yang cukup.

“Anak-anak saya tidak pernah merasa kenyang. Mereka terus kehilangan berat badan, tidur berlebihan, sulit berkonsentrasi,” tambahnya. “Kami semua lemas bahkan untuk aktivitas ringan.”

Basheer sangat khawatir pada kedua orang tuanya yang lanjut usia. Ayahnya yang mengidap diabetes dan hipertensi beberapa kali pingsan karena kelelahan dan kurang gizi. "Baru-baru ini beliau jatuh dan tangannya patah. Tanpa susu, telur, atau makanan bergizi, tulangnya sulit sembuh."

Ratusan Ribu Warga dalam Kelaparan Kritis

Sejak penutupan total seluruh jalur bantuan pada 2 Maret lalu, lebih dari 2,1 juta warga Gaza berada di ambang kelaparan. Laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) mencatat bahwa per Mei 2025, sekitar 500.000 orang sudah tergolong dalam level kelaparan paling kritis (IPC Fase 5). Situasi ini diperkirakan memburuk dalam dua bulan terakhir.

Bagi Basem Munir al-Hinnawi, 32 tahun, warga Kamp Pengungsi Jabalia, kelangkaan makanan pokok sudah berlangsung selama berminggu-minggu. Sebagai kepala keluarga bagi dua rumah tangga setelah ayahnya terbunuh, ia berjuang memberi makan istri, anak, ibu, dan saudara-saudaranya.

“Selama sebulan terakhir, kami hanya bisa makan roti setiap empat atau lima hari. Saat tidak ada roti, saya belikan biskuit kecil untuk anak-anak, atau kami buat sup lentil jika tersedia,” ucap dia.

Namun, kelaparan bukan hanya soal rasa lapar. Efek fisik mulai menjalar: tubuh yang melemah, berat badan turun drastis, dan masyarakat yang tumbang di jalanan akibat kurang gizi.

“Saya sudah kehilangan 39 kilogram sejak perang dimulai. Istri saya yang sedang menyusui bahkan tidak mampu mengurus rumah karena terlalu lemah,” jelas Hinnawi.

“Kami para dewasa hanya minum air campur garam agar tetap hidup. Saya sudah lima kali datang ke titik distribusi bantuan tapi tak pernah berhasil membawa pulang makanan—selalu dihadang tembakan atau drone,” ungkap dia.

Ibunya, juga pengidap diabetes dan tekanan darah tinggi, kini tidak bisa berjalan lebih dari 20 meter tanpa pingsan. “Setiap beberapa hari, saudara perempuan saya harus dibawa ke rumah sakit karena pingsan akibat malnutrisi.”

Kematian karena Kelaparan Terus Bertambah

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 113 warga tewas akibat kelaparan sejak awal pengepungan Israel, termasuk 81 anak-anak. Lebih dari 28.000 kasus malnutrisi telah tercatat, meski angka sebenarnya diyakini lebih tinggi.

“Orang dewasa mungkin bisa tahan. Tapi bagaimana anak kecil bisa mengerti bahwa ini bukan kesalahan kami sebagai orang tua?” tanya Hinnawi getir.

Di tengah kehancuran, adegan warga yang jatuh pingsan di jalanan mulai menjadi pemandangan sehari-hari. Hinnawi menyaksikan seorang perempuan paruh baya ambruk di jalan karena kelaparan di kawasan Sheikh Radwan.

“Orang-orang mengangkatnya ke pinggir jalan. Seseorang datang dengan sesendok gula, yang kini sangat langka, lalu memberikannya. Butuh waktu lama sebelum ia sadar kembali,” ujar Hinnawi.

“Orang-orang sudah kelelahan. Ini sudah cukup," tutup dia. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Anak-Anak hingga Dokter Malnutrisi Akibat Blokade Zionis Israel dan Mesir

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)