Ilustrasi. Foto: MI
Annisa Ayu Artanti • 20 August 2024 20:16
Jakarta: Pengelolaan dan integrasi infrastruktur gas bumi sangat diperlukan untuk menjawab tantangan sektor hilir.
Integrasi pengelolaan infrastruktur dan komoditas gas akan memberikan kehandalan, fleksibilitas dan dan keterjangkauan interkoneksi pusat-pusat pasar yang semakin kuat.
Group Head, Gas and LNG Supply PGN Muhammad Anas Pradipta mengatakan, PGN terus melakukan pengembangan pemanfaatan gas bumi melalui berbagai upaya salah satunya melalui integrasi pengelolaan infrastruktur seperti pipeline maupun beyond pipeline dan komoditas gas bumi untuk bisa menjawab tantangan di sektor hilir gas bumi.
"Tahun ini, introduksi produk LNG dan layanan beyond pipeline ke dalam market eksisting PGN menjadi enabler untuk quick win sesuai dinamika yang terjadi atas kondisi supply, demand dan lingkungan bisnis gas,” ujar Anas dalam keterangan tertulis, Selasa, 20 Agustus 2024.
Menurut Anas pemenuhan gas bumi untuk Sumatera sampai ke Jawa akan lebih sustain ke depannya melalui integrasi pipa transmisi. Sedangkan melihat tantangan geografis dan ketersediaan terminal LNG yang ada saat ini, PGN sedang mendesain small scale LNG.
“Moda transportasi LNG bisa menyediakan kebutuhan gas bumi bagi pusat-pusat market yang ada. Memang tantangan yang ada adalah kondisi demand yang tersebar, sehingga ini menjadi tantangan dari sisi suplai chain. Namun akan tetap kami lakukan sebagai solusi untuk penyaluran gas di Indonesia tengah dan timur,” jelas Anas.
Selain itu, pembangunan infrastruktur LNG juga dilakukan oleh PGN yakni di LNG Hub juga ditujukan untuk menjawab tantangan
imbalance supply dan
demand. LNG Hub akan menjadi
key enabler dalam memperkuat
reliability & availability penyaluran gas bumi sebagai energi transisi.
Infrastruktur LNG yang saat ini dimiliki oleh PGN diseluruh Indonesia antara lain FSRU Lampung (240 MMSCFD), FSRU Jawabarat (500 MMSCFD), LNG RT di Lhokseumawe-Aceh (400 MMSCFD) serta LNG Lamong (25-30 BBTUD).
Perencanaan LNG Hub berlokasi di Arun yang terletak di jalur perdagangan Internasional merupakan optimasi aset dan sesuai dengan rencana strategis menyesuaikan potensi pengembangan lapangan migas ke depan.
Melalui Perta Arun Gas, saat ini PGN tengah melakukan revitalisasi 1 unit tangki LNG dan diperkirakan dapat beroperasi pada 2025.
PGN juga merencanakan pengembangan LNG Bunkering dibeberapa lokasi seperti Arun, Tanjung Priok dan Bontang. Target dalam jangka pendek adalah
bunkering di Bontang yang dapat melayani LNG Fueled Vessel kapasitas 1.000-15.000 M3 di jalur pelayaran melalui selat makasar menuju Australia (efisiensi 2-3 hari) dengan target COD ditahun 2026.
Selain membangun LNG Hub, mekanisme untuk mengatasi
imbalance supply & demand adalah melalui pengembangan bisnis retail dengan moda CNG dan LNG berdasarkan kategori pelanggan (Volume) serta jarak antara lokasi
supply dan
demand pelanggan.
Selanjutnya adalah
mapping lokasi SPBU di seluruh wilayah Indonesia (24 Unit SPBG milik PGN dan Pertamina) dengan potensi kebutuhan pelanggan diseluruh Indonesia (15.5 BBTUD) yang dapat dilayani menggunakan CNG.
Layanan CNG dan penetrasi pasar
retail juga sangat memungkinan untuk menggunakan tabung Cylinder (kapasitas 24 m?3; per tabung). Proyeksi kebutuhan gasnya untuk 0,5 BBTUD, membutuhkan 1.320 tabung. Sedangkan untuk supply-chain LNG menggunakan
isotank. Saat ini sudah dijalankan di Bontang oleh PT Pertagas Niaga.
“Sinergi perencanaan dengan kawasan-kawasan industri merupakan kunci optimasi pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. Pengelolaan gas PGN selama ini hampir 60 persen untuk industri," ungkap Anas.