Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock
Annisa ayu artanti • 10 December 2024 08:13
New York: Indeks saham berjangka AS ditutup melemah setelah penurunan tajam yang terjadi pada saham teknologi sehingga menyeret Wall Street dari rekor tertingginya.
Melansir Investing.com, Selasa, 10 Desember 2024, saat ini fokus utama investor adalah data inflasi yang segera rilis. Selain itu, sentimen risiko juga diguncang oleh ketidakpastian geopolitik yang meningkat atas perubahan rezim di Suriah, karena pemerintah Bashar al-Assad digulingkan setelah lebih dari 20 tahun berkuasa.
S&P 500 Futures tercatat ditutup melemah 0,61 persen menjadi 6.052 poin, sementara Nasdaq 100 Futures turun 0,14 persen dan Dow Jones Futures turun 0,54 persen menjadi 44.401
Data CPI ditunggu untuk isyarat suku bunga lebih lanjut
Fokus minggu ini tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen yang akan dirilis pada Rabu, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang tetap tinggi di November.
IHK utama diperkirakan akan sedikit meningkat menjadi 2,7 persen dari 2,6 persen tahun ke tahun, sementara IHK inti, yang tidak termasuk barang-barang yang bergejolak, diperkirakan akan tetap pada 3,3 persen.
Ilustrasi. Foto: Freepik
Meskipun inflasi telah turun dengan stabil di awal tahun 2024, inflasi menjadi lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir di tengah ketahanan ekonomi AS memicu ketidakpastian atas prospek suku bunga.
Pasar masih menunggu penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve minggu depan. Namun, prospek suku bunga jangka panjang saat ini telah berubah menjadi lebih tidak pasti, dengan ekspektasi kebijakan inflasi di bawah Presiden Donald Trump yang akan datang menambah ketidakpastian.
Kerugian Nvidia dan Oracle menekan saham-saham teknologi
Kerugian pada saham-saham teknologi terjadi setelah kenaikan yang kuat dalam beberapa minggu terakhir. Saham NVIDIA Corporation (NASDAQ: NVDA) menjadi salah satu penurunan terbesar.
Nvidia turun 2,6 persen selama sesi Senin, dan turun 0,6 persen dalam perdagangan aftermarket menyusul laporan Tiongkok sedang menyelidiki perusahaan tersebut karena masalah antimonopoli.
Oracle Corporation (NYSE: ORCL) anjlok hampir delapan persen dalam perdagangan aftermarket setelah pendapatan kuartalan perusahaan cloud ini meleset dari estimasi pasar, di tengah meningkatnya persaingan di sektor ini dari perusahaan-perusahaan besar termasuk MSFT dan AMZN.
Meskipun perusahaan ini diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya permintaan di industri kecerdasan buatan, namun hasil laporan keuangan pada Senin menunjukkan pendapatannya mungkin tidak sekuat yang diharapkan oleh para investor.