Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: EFE-EPA
Medcom • 28 August 2024 18:14
Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tengah bersiap untuk menyampaikan ‘rencana kemenangan’ berisiko tinggi kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bulan depan. Ini mencakup serangan Ukraina baru-baru ini ke wilayah Kursk, Rusia.
Strategi ambisius ini bertujuan untuk mengamankan dukungan penting dari AS dan mengurangi ketergantungan pada bantuan militer Barat.
"Hasilnya akan bergantung pada apakah kita mendapatkan apa yang kita butuhkan dari AS dan apakah kita dapat sepenuhnya melaksanakan rencana ini," kata Zelensky di sebuah forum baru-baru ini, seperti dikutip BBC, Rabu 28 Agustus, 2024.
Zelensky juga berencana untuk menyampaikan strategi tersebut kepada kandidat Presiden AS Kamala Harris dan Donald Trump, menekankan pentingnya bagi masa depan Ukraina.
Pada awal Agustus, pasukan Ukraina memasuki wilayah Kursk Rusia, yang menandai perubahan penting dalam pendekatan militer. Meskipun, Rusia telah berjuang untuk menangkal serangan tersebut secara efektif.
Jenderal Oleksandr Syrskyi dari Kyiv mengumumkan bahwa Ukraina saat ini menguasai sekitar 1.294 kilometer persegi wilayah Rusia dan 100 pemukiman. Namun, angka-angka ini belum diverifikasi secara independen.
Serangan ke Kursk sebagian dimaksud untuk mengalihkan perhatian Rusia dari garis depan Timur yang kritis, tempat Rusia berfokus untuk merebut kota strategis Pokrovsky. Kota ini sangat penting karena stasiun kereta api utamanya dan signifikansi keseluruhannya di wilayah tersebut.
Zelensky mengungkapkan keberhasilan uji coba rudal balistik buatan dalam negeri Ukraina sebagai bagian dari upaya mengurangi ketergantungan pada bantuan militer Barat. Meskipun rincian rudal masih dirahasiakan.
Pencapaian ini penting di tengah ketergantungan Ukraina pada dukungan internasional, termasuk penggunaan jet tempur F-16 dari sekutu Barat. Serangan Rusia berlanjut, seperti serangan pesawat nirawak dan rudal, telah menyebabkan kematian dan pemadaman listrik di seluruh Ukraina, menunjukkan intensitas konflik yang terus berlanjut.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Rusia tidak begitu tertarik pada perundingan damai, keberhasilan rencana tersebut dapat menjadi sangat penting bagi masa depan Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung. (Nithania Septianinigsih)