Ilustrasi Imlek. Foto: Unsplash.
Beijing: Angka resmi menunjukkan bahwa pengeluaran liburan Tahun Baru Tiongkok minggu lalu melonjak melampaui tingkat sebelum pandemi. Hal ini merupakan titik terang bagi perekonomian Tiongkok yang sedang berjuang dengan lesunya konsumsi domestik.
Menurut pernyataan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Beijing pelancong Tiongkok melakukan 474 juta perjalanan selama delapan hari libur imlek 2024 atau naik 19 persen dari 2019.
"Belanja domestik untuk pariwisata mencapai 632,7 miliar yuan (USD87,9 miliar), naik 7,7 persen dari 2019," kata Kementerian tersebut dikutip dari
Channel News Asia, Selasa, 20 Februari 2024.
Liburan tahun baru tahun ini adalah yang kedua di Tiongkok setelah penghapusan kebijakan ketat pandemi di Tiongkok pada akhir 2022 yang menekan belanja konsumen dan memukul kepercayaan bisnis melalui karantina yang berkepanjangan.
Pasar Tiongkok Daratan menguat pada pembukaan hari Senin, 19 Februari 2024, setelah liburan dengan Indeks Komposit Shanghai naik 0,28 persen dan Indeks Komposit Shenzhen di bursa kedua Tiongkok bertambah 1,16 persen.
libur lebih panjang
Kepala Ekonom Tiongkok di Nomura Ting Lu menuturkan data liburan terbaru menunjukkan ada permintaan terpendam. Namun dia memperingatkan agar tidak terlalu memperhitungkan angka pengeluaran yang tinggi, karena perlu memperhitungkan basis yang sangat rendah dari tahun lalu selama puncak 'gelombang keluar' Covid-19.
"Meskipun total pengeluaran meningkat, rata-rata pengeluaran per perjalanan turun 9,5 persen dibandingkan tahun 2019," jelas Lu.
Analis di Goldman Sachs juga menunjuk pada periode liburan yang lebih lama berkontribusi pada rekor baru dan mendorong lebih banyak perjalanan jarak jauh. Libur nasional pada tahun 2019 berjumlah tujuh hari, dibandingkan tahun ini yang berjumlah delapan hari.
Data hari libur ini muncul setelah berbulan-bulan para pejabat berjuang untuk memulai pertumbuhan di tengah krisis sektor properti yang berkepanjangan, melonjaknya pengangguran kaum muda, dan perlambatan global yang berdampak buruk terhadap permintaan barang-barang Tiongkok.
Para pembuat kebijakan dalam beberapa bulan terakhir telah mengumumkan serangkaian langkah-langkah yang ditargetkan serta penerbitan besar-besaran obligasi negara senilai miliaran dolar, yang bertujuan untuk meningkatkan belanja infrastruktur dan memacu konsumsi.