Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Mata uang rupiah melemah pada penutupan perdagangan hari ini. Melemahnya rupiah sedikit tertahan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Indonesia yang mencatat surplus.
Bloomberg mencatat mata uang rupiah melemah 0,05 persen ke level Rp15.597 per USD pada penutupan perdagangan Jumat, 23 Februari 2024. Kemudian Yahoo Finance melansir mata uang rupiah melemah 0,03 persen ke level Rp15.590 per USD.
Kinerja NPI pada triwulan IV-2023 membaik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia. NPI pada triwulan IV-2023 mencatat surplus USD8,6 miliar.
Jumlah tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencatat defisit USD 1,5 miliar. Surplus NPI tersebut ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit transaksi berjalan yang tetap rendah.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menambahkan, transaksi berjalan mencatat defisit rendah didukung oleh perbaikan permintaan dan harga komoditas global di tengah peningkatan ekonomi domestik.
Transaksi berjalan mencatat defisit USD1,3 miliar (0,4 persen dari PDB), sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit USD1,0 miliar (0,3 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya.
Suku bunga The Fed
Risalah pertemuan The Fed Januari menyarankan para pembuat kebijakan untuk berhati-hati dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga. Para pejabat Fed mengkhawatirkan risiko pergerakan yang terlalu cepat dan masih terlihat lebih percaya diri dalam mengurangi inflasi sebelum menurunkan suku bunga.
"Para peserta secara umum mencatat mereka tidak memperkirakan akan tepat untuk mengurangi kisaran target suku bunga dana federal sampai mereka mendapatkan keyakinan yang lebih besar inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju angka dua persen," demikian isi risalah tersebut, dilansir CNBC International, Jumat, 23 Februari 2024.
Namun, risalah tersebut juga menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan tidak mengharapkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Wawasan inflasi terbaru menunjukkan kepada banyak pelaku pasar tekanan dari harga yang lebih tinggi mungkin lebih besar dari yang diharapkan, dengan indeks harga konsumen dan indeks harga produsen bulan Januari lebih tinggi dari perkiraan.
Investor pada awalnya mengharapkan penurunan suku bunga secepatnya pada Maret, namun kini memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan dilakukan pada Juni.