Menlu Turki temui pemimpin HTS Ahmed al-Sharaa di Damaskus, Suriah. (Anadolu)
Marcheilla Ariesta • 23 December 2024 07:32
Damaskus: Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan telah bertemu dengan kepala pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa di Damaskus, Suriah. Fidan menjanjikan bantuan untuk transisi politik dan membangun kembali negara yang dilanda perang setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad.
Dalam pertemuan mereka, keduanya menekankan perlunya persatuan dan stabilitas di Suriah. Karenanya, mereka menyerukan pencabutan semua sanksi internasional terhadap negara yang dilanda perang itu.
Foto dan rekaman yang dibagikan oleh Kemenlu Turki menunjukkan Fidan dan al-Sharaa berpelukan dan berjabat tangan, pertemuan mereka terjadi dua hari setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Fidan akan pergi ke Damaskus untuk membahas struktur baru di Suriah.
Berpidato pada konferensi pers dengan al-Sharaa, Fidan mengatakan, “Turki akan terus berdiri di sisi Anda. Semoga hari-hari tergelap Suriah telah berlalu, hari-hari yang lebih baik menanti kita.”
Fidan mengatakan sanksi terhadap Damaskus harus dicabut sesegera mungkin. “Masyarakat internasional perlu bergerak untuk membantu Suriah bangkit kembali dan agar para pengungsi dapat kembali,” lanjut Fidan, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 23 Desember 2024.
Al-Sharaa, yang mengadakan konferensi pers publik pertamanya sejak memimpin operasi untuk menggulingkan al-Assad dan mengambil alih kekuasaan dua minggu lalu, juga meminta masyarakat internasional untuk mencabut semua sanksi terhadap Suriah.
"Semua sanksi ekonomi harus dicabut, sekarang predator telah pergi dan hanya korban yang tersisa. Faktor ketidakadilan dan penindasan telah hilang. Sekarang saatnya sanksi-sanksi ini dicabut," kata kepala kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
"Rezim ini telah berkuasa selama lebih dari 50 tahun, dan beberapa sanksi ini dijatuhkan pada tahun 1970-an. Itulah sebabnya tindakan harus cepat, sanksi-sanksi ini harus dicabut dengan cepat agar kita dapat membawa negara kita maju,” lanjut Al-Sharaa.
Kedua pejabat tersebut membahas perlunya menyusun konstitusi Suriah baru yang melindungi kaum minoritas di negara tersebut. Isu pengungsi Suriah, "pelanggaran" Israel terhadap kedaulatan Suriah, dan isu Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) juga menjadi agenda.
Pengambilalihan kekuasaan di Suriah oleh oposisi terjadi setelah 13 tahun perang brutal, yang dimulai sebagai pemberontakan yang sebagian besar tidak bersenjata terhadap al-Assad pada 2011 tetapi akhirnya berubah menjadi perang habis-habisan yang menyeret kekuatan asing, menewaskan ratusan ribu orang, dan mengubah jutaan orang menjadi pengungsi.
Kunjungan Fidan ke Damaskus terjadi di tengah pertempuran di timur laut Suriah antara pejuang Suriah yang didukung Turki dan kelompok YPG Kurdi, yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris.
Turki selama bertahun-tahun mendukung pemberontak yang berusaha menyingkirkan al-Assad. Mereka juga menampung jutaan pengungsi Suriah yang diharapkan akan mulai kembali ke rumah.
Baca juga: AS Hapus Uang Hadiah untuk Mantan Pemimpin Pemberontak Suriah