ilustrasi kekeringan. Dokumentasi/ Medcom.id
Semarang: Ancaman kekeringan sebagai dampak kemarau panjang 4-7 bulan di Jawa Tengah cukup tinggi. Hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah sebanyak 3,2 juta hektare lahan di 35 daerah rawan kekeringan.
Sementara Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jawa Tengah, Muhammad Chomsul, mengatakan menghadapi musim kemarau panjang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pemetaan di 35 daerah yang diperkirakan bakal mengalami bencana kekeringan.
"Hasil pemetaan ada 3.277.108 hektare lahan terancam kekeringan saat musim kemarau 2024 ini, sehingga pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Tengah diminta untuk mewaspadai," kata Muhammad Chomsul dalam keterangan pers, Minggu, 12 Mei 2024.
Berdasarkan pemetaan, Chomsul menyebut, dari 35 daerah di Jawa Tengah acaman kekeringan cukup menonjol terjadi di sejumlah daerah yakni Cilacap seluas 212.477 hektare, Banyumas 133.540 hektare, Kendal 111.813 hektare, Grobogan 201.386 hektare, Brebes 190.237 hektare dan Blora 182.159 hektare.
Menghadapi kekeringan terjadi di Jawa Tengah, lanjut Muhammad Chomsul, Pemerintah Jawa Tengah telah mengalokasikan pupuk subsidi sebagai persiapan perubahan pola tanam bagi para petani dan menyiapkan langkah untuk memenuhi ketersediaan air. "Ini sebagai upaya mempertahankan produksi pangan," jelasnya.
Pada awal-awal musim kemarau saat ini, menurut Muhammad Chomsul, kekeringan masih belum terlalu dirasakan karena ketersediaan air baik itu di waduk, embung, bendungan, sungai dan sumber mata air masih cukup banyak, namun beberapa bulan kedepan akan semakin berkurang sehingga perlu dilakukan kewaspadaan.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Sukasno, memprediksikan kemarau terjadi di provinsi ini pada Mei-September cukup rawan bencana kekeringan dengan puncak kemarau pada Juli-Agustus.