Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono dalam acara CIFP di Jakarta, Sabtu, 29 November 2025. (Metrotvnews.com)
Muhammad Reyhansyah • 29 November 2025 16:58
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh berpuas diri meski telah menyandang status sebagai demokrasi terbesar ketiga di dunia dan ekonomi terbesar di ASEAN.
Menurutnya, tantangan utama Indonesia saat ini justru terletak pada peningkatan kualitas demokrasi serta kemampuan melakukan lompatan pembangunan di tengah ketatnya persaingan kawasan.
Hal itu disampaikan AHY dalam sambutannya pada Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2025 di Jakarta, Sabtu, 29 November 2025.
“Demokrasi yang berkualitas bukan sekadar soal pemilu lima tahunan, tetapi tentang partisipasi, tentang gagasan, dan tentang kemampuan memilih pemimpin yang lebih baik,” ujar AHY.
Ia mengakui bahwa demokrasi Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan. Namun demikian, AHY menegaskan bahwa jika dijalankan secara adil dan konsisten, demokrasi tetap menjadi sistem terbaik dibandingkan alternatif lainnya.
Di bidang ekonomi, AHY mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian ASEAN dengan porsi sekitar 30 persen dari total produk domestik bruto (GDP) kawasan.
Dengan pasar ASEAN yang semakin strategis serta pertumbuhan ekonomi digital yang pesat, Indonesia dipandang sebagai motor utama pertumbuhan kawasan. Namun, ia mengingatkan bahwa laju pertumbuhan tinggi tidak akan tercapai jika masih menggunakan pola business as usual.
Ketua Umum Partai Demokrat itu menilai arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto menuntut optimisme yang dibarengi dengan kerja keras luar biasa. Sejumlah agenda prioritas pemerintah ke depan meliputi kemandirian pangan, ketahanan energi, penguatan konektivitas nasional, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dalam isu pangan, AHY menyoroti tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum. Konflik Rusia–Ukraina, menurutnya, menjadi contoh nyata bagaimana gangguan global dapat langsung berdampak pada pasokan domestik.
“Kita harus melakukan diversifikasi pangan dan meningkatkan produktivitas petani melalui mekanisasi serta penguatan irigasi,” katanya.
Ketahanan air juga menjadi perhatian penting. AHY menyebut Indonesia masih menghadapi persoalan keterbatasan akses air bersih di sejumlah daerah. Karena itu, pembangunan bendungan dan perbaikan jaringan air minum dinilai krusial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Di sektor energi, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt dalam 10 tahun ke depan, dengan sekitar 70 persen di antaranya berasal dari energi baru dan terbarukan. Langkah tersebut dipandang penting untuk menjaga daya saing ekonomi sekaligus keberlanjutan pembangunan.
AHY juga menekankan pentingnya penguatan konektivitas nasional melalui pembangunan transportasi multimoda, baik darat, laut, udara, dan kereta api, serta infrastruktur digital agar tidak ada wilayah yang tertinggal.
“Prinsipnya, tidak ada satu orang pun, satu kawasan pun, and satu generasi pun yang ditinggalkan,” ujarnya.
Selain itu, AHY menekankan perlunya peningkatan kualitas layanan dasar, mulai dari pendidikan, kesehatan, perumahan, hingga fasilitas kesejahteraan masyarakat. Seluruh agenda tersebut, kata dia, tengah dikawal secara lintas kementerian agar mulai menunjukkan kemajuan signifikan pada tahun mendatang.
Baca juga: Eks Wasekjen ASEAN Serukan Penguatan Soliditas Hadapi Erosi Tatanan Global