Rafah dalam kondisi hancur diserang oleh Israel. Foto: Anadolu
Gaza: Seorang pejabat senior Palestina menggarisbawahi kegagalan rezim Israel dalam perang berbulan-bulan di Jalur Gaza yang terkepung.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tidak hanya menghadapi warga Palestina, tetapi seluruh dunia juga mulai invasi ke kota Rafah bagian selatan.
Dalam wawancara eksklusif dengan Press TV, Ketua Partai Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti membahas penerimaan Hamas terhadap gencatan senjata yang ditengahi Mesir dan langkah Israel untuk terus melanjutkan serangan penuh di Rafah.
Barghouti mengatakan, Israel awalnya menerima proposal gencatan senjata, tetapi menolak perjanjian yang sama setelah Hamas menyetujui persyaratannya tanpa melakukan perubahan apa pun.
“Hamas mempermalukan Israel dan Amerika Serikat (AS) dengan menerima gencatan senjata karena mereka mengklaim bahwa gerakan perlawanan merupakan hambatan terhadap perjanjian tersebut,” kata Barghouti, dikutip dari laman Press TV, Rabu, 8 Mei 2024.
Ia menambahkan Netanyahu berada dalam posisi yang sangat sulit karena seluruh serangannya terhadap Gaza telah gagal dan tujuan perang ataupun genosida terhadap Palestina telah gagal
“Ia tidak dapat membawa kembali tahanan Israel dengan kekerasan. Ia tidak dapat memaksakan kontrol keamanannya terhadap Palestina, Gaza,” jelas Ketua Partai tersebut.
PM Israel disebut tidak dapat melakukan dan menghancurkan perlawanan seperti yang dijanjikan.
Israel gagal
Menurut Barghouti, hal paling penting adalah Israel tidak dapat mencapai tujuan utama operasi dalam pembersihan etnis seluruh warga Palestina di Gaza.
Pejabat Palestina itu juga mengatakan PM Israel kini berusaha menutupi kegagalan tersebut dengan menyerang Rafah dan satu-satunya penyeberangannya ke Gaza yang merupakan pelanggaran hukum internasional.
“Usulan yang disetujui Hamas adalah mengakhiri perang Israel dan penarikan penuh rezim tersebut dari Gaza,” tutur Barghouti.
Namun, tindakan ini berjalan ke arah yang berbeda menjadi sesuatu bagi Netanyahu ingin tunjukkan sebagai tanda kemenangan dan bisa menjadi eskalasi.
Hal ini akan berdampak lebih menghancurkan seluruh Rafah yang menjadi pembantaian terburuk yang pernah ada.
Setelah Hamas menerima gencatan senjata, Netanyahu tidak hanya berkonfrontasi dengan warga Palestina. Bahkan, ia membuat seluruh dunia marah.
“Semua orang marah kepadanya termasuk masyarakat Israel, terutama keluarga tahanan Israel karena dia menjalankan pertunjukan pribadi, tujuan pribadi dan dia tahu itu,” ucap Barghouti.
“Berakhirnya perang ini adalah awal dari akhir karir politiknya dan dia mungkin masuk penjara,” tambah Barghouti.
Menguraikan kemungkinan yang bisa terjadi mengingat kegagalan total Netanyahu di Gaza, Barghouti mengatakan Israel sedang menghadapi petualangan berbahaya dan membuat seluruh wilayah menjadi petualangan berbahaya dengan eskalasi yang akan mengarah pada ledakan total di wilayah tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan peran AS dalam eskalasi tersebut dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden harus memaksa rezim Israel untuk menghentikan perang.
“Jika AS benar-benar khawatir untuk menghentikan genosida yang mengerikan ini dan eskalasinya, maka merekalah yang harus segera menekan Netanyahu untuk menerima perjanjian gencatan senjata,” kata Barghouti.
Ia menambahkan jika tidak segera mengambil tindakan dan memaksa Israel menghentikan genosida dan kejahatannya, Bidan akan kalah dalam pemilu.
“Mereka ditakdirkan untuk kalah dalam pemilu karena ia akan memusuhi semua orang yang pro-Palestina, pro-keadilan, dan pro-perdamaian di kubu Demokrat di AS,” ungkap Barghouti.
Ia juga menyinggung rencana Israel setelah invasi Rafah dan mengatakan Netanyahu melakukan segala yang dia bisa untuk meningkatkan, menunda dan menghalangi dengan harapan AS akan menyelamatkannya.
Namun, Barghouti menganggap Israel akan gagal dalam rencana serangannya.
“Rakyat Amerika marah pada Netanyahu bukan karena dia membunuh warga Palestina, termasuk 17.000 anak-anak. Mereka marah karena dia gagal, dia gagal setelah tujuh bulan beroperasi,” ungkapnya.
“Dia telah berjanji kepada Amerika bahwa dia bisa menyelesaikannya dalam waktu satu atau dua bulan, tetapi setelah tujuh bulan dia gagal mencapai tujuan-tujuannya,” tambahnya.
Barghouti mengatakan jika AS mengizinkan Netanyahu melanjutkan pembantaian di Rafah, hal ini akan menimbulkan kegemparan di seluruh dunia.
Mengingat reputasi AS di kawasan tersebut sedang merosot dan serangan tersebut akan menyebabkan semakin terisolasinya Tel Aviv dan Washington di dunia internasional. Hal tersebut akan menimbulkan konsekuensi politik dan ekonomi diplomatik yang serius.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Israel telah membunuh lebih dari 34.700 orang di antaranya anak-anak dan perempuan di Gaza sejak awal Oktober 2023.
Hamas telah memperingatkan Israel bahwa operasi darat apa pun di Rafah akan menimbulkan konsekuensi serius bagi rezim tersebut.
Kelompok perlawanan Palestina juga mengatakan operasi militer apa pun di Rafah tidak akan mudah bagi tentara pendudukan fasis dalam pernyataannya pada Senin, 6 Mei 2024.
(Theresia Vania Somawidjaja)