Lahan Basah Harus Dikelola Maksimal Demi Kepentingan Bangsa

Lahan Gambut kering. Foto: MI/Ramdani

Lahan Basah Harus Dikelola Maksimal Demi Kepentingan Bangsa

Media Indonesia • 1 February 2024 18:38

Jakarta: Pengelolaan seluruh kekayaan sumber daya alam (SDA) harus dimaksimalkan untuk kepentingan bangsa, rakyat dan negara sepenuhnya agar kesejahteraan rakyat tercapai.
 
Hal itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat karena itu sesuai konstitusi amanat Undang-Undang Dasar 1945.
 
Menurutnya terdapat tujuh potensi kekayaan SDA di Indonesia mulai dari hutan, biota laut, tambang, tanah, air, udara, serta pariwisata.
 
"Tetapi yang tidak boleh juga dilupakan, Indonesia adalah wilayah yang memiliki kekayaan akan lahan basah. Lahan basah terjadi saat air bertemu dengan tanah dan kita bertemu dengan lahan gambut, lahan rawa, sungai, danau dan lainnya. Terpenting memanfaatkan sebagai bagian usaha kita kurangi kerusakan lingkungan dan menjadi penunjang pelestarian lingkungan,” ungkapnya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Lahan Basah: Mengeksplorasi Potensi Kekayaan SDA Kita, dikutip dari Media Indonesia, Kamis, 1 Februari 2024.
 
Lebih lanjut menurut Rerie, sapaan akrabnya, pemerintah wajib memberikan perlindungan pada lokasi lahan basah, sekaligus merencanakan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
 

Baca juga: 

Mahfud MD: Food Estate Gagal!

Dokumen pengelolaan lahan basah 

Peneliti Ahli Madya, Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, Kementerian PPN/Bappenas, Dadang Jainal Mutaqin menambahkan terkait dengan lahan basah, pihaknya telah membangun atau membuat suatu dokumen terkait dengan pengelolaan lahan basah.
 
"Dalam hal ini lahan basah hanya terbatas kepada mangrove dan gambut, karena kalau terkait dengan definisi lahan basah ternyata tidak hanya terbatas di mangrove dan lahan gambut saja, karena ada ekosistem lain juga seperti padang lamun juga itu menjadi ekosistem lahan basah," kata Dadang.
 
Kondisi lahan basah di Indonesia yaitu mangrove dan gambut dikatakan memiliki potensi yang cukup besar. Berdasarkan Peta Nasional Mangrove, ada sekitar 3,2 juta-3,3 juta hektare (ha) hutan mangrove di Indonesia dan dikatakan sebagai hutan mangrove terluas di dunia.
 
“Dari segi cadangan karbon juga ini cukup tinggi sekitar 950 mega ton karbon per ha karena Mangrove mampu menyimpan karbon cukup lama ya karena terendam di dalam air dan itu akan berada di sana seterusnya. Kecuali kalau ada konversi mangrove menjadi tambak. Itu akan merusak cadangan karbon,” tutur dia.
 
Menurut Dadang, manfaat mangrove juga cukup besar seperti menjadi pemijahan ikan sehingga produksi ikan di laut akan berkelanjutan jika mangrove dipelihara dengan baik.
 
Selain itu juga mangrove dapat mengurangi bencana alam seperti banjir rob dan tsunami.
 
Mangrove juga merupakan salah satu bahan baku bagi berbagai jenis kebutuhan pangan dan juga beberapa dimanfaatkan untuk bahan pewarna dan sebagainya.
 
“Tantangannya tapi cukup besar. Ada pembalakan liar karena mangrove dijadikan sebagai kayu bakar disebabkan mangrove memiliki energi yang cukup besar dari berbagai sumber kayu. Makanya ini menjadi favorit bagi masyarakat untuk mengkonversi mangrove menjadi bahan bakar. Deforestasi juga cukup tinggi,” ujar dia.

Potensi lahan gambut di Indonesia 

Di lain pihak, potensi lahan gambut Indonesia juga dikatakan cukup besar atau mencapai sekitar 13,4 juta ha dan mampu menyimpan cadangan karbon yang cukup tinggi atau mencapai 2.600 ton karbon per ha.
 
Tidak kalah dari mangrove, manfaat dari lahan gambut juga sangat besar seperti menjadi ekosistem bagi satwa liar, hutan primer dan sekunder juga tumbuh di lahan gambut sehingga dapat menghasilkan sumber daya alam yang cukup tinggi.
 
“Salah satu tantangan kebakaran hutan dan lahan adalah terjadi setiap tahun. Pada 2023 juga terjadi peningkatan secara tajam kebakaran di lahan gambut,” imbuh dia.
 
(Despiyan Nurhidayat)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)