Iran tidak akan biarkan begitu saja kematian Ismail Haniyeh. (Mena Affairs)
Marcheilla Ariesta • 5 August 2024 10:15
Teheran: Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan, Israel membuat kesalahan besar dalam pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas di Teheran. Ia menegaskan, pembunuhan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
Ia menyampaikan pernyataan ini dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Teheran, yang menyampaikan pesan dari Raja Abdullah II kepada presiden baru Iran.
Diplomat tinggi Yordania tersebut tiba di ibu kota Iran pada hari Minggu untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Iran di tengah meningkatnya ketegangan regional setelah pembunuhan Haniyeh.
Itu adalah kunjungan resmi pertama seorang menteri luar negeri Yordania ke Iran sejak 2015.
Pezeshkian mengatakan, Iran mengharapkan semua negara Islam untuk "mengutuk keras kejahatan tersebut," dan bersumpah bahwa pembunuhan Haniyeh tidak akan dibiarkan begitu saja.
"Landasan kebijakan luar negeri pemerintah kami adalah untuk memperluas dan memperkuat perdamaian, ketenangan, dan stabilitas di kawasan dan di seluruh dunia," kata Presiden Iran yang baru terpilih tersebut.
Ia menekankan perlunya persatuan di antara negara-negara Islam untuk menghentikan "agresi dan kejahatan" Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung.
Sebelumnya, Safadi mengadakan pembicaraan luas dengan Menteri Luar Negeri sementara Iran Ali Bagheri Kani di Kementerian Luar Negeri.
"Pembunuhan Haniyeh melanggar semua norma internasional, hukum, dan adat dan melanggar keamanan dan stabilitas regional dan internasional, serta integritas teritorial dan kedaulatan nasional Republik Islam Iran," kata Kani dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran.
Kani menambahkan, tanggapan tegas terhadap kejahatan tersebut lebih penting dari sebelumnya.
Ia juga mengutuk sikap negara Barat karena mendukung kejahatan Israel dan mencegah dikeluarkannya pernyataan di Dewan Keamanan PBB.
Diplomat senior sementara itu menekankan bahwa Israel harus "menerima tanggapan yang kuat dan tegas untuk memahami bahwa barbarisme keamanan memiliki biaya yang besar."
Dalam pernyataan pascapertemuan, Safadi mengatakan bahwa ia memberi tahu mitranya dari Iran bahwa ia tidak menyampaikan pesan apa pun dari Israel atau negara lain ke Iran, atau sebaliknya.
Ia mengatakan bahwa perjalanannya ke Teheran dilakukan dengan tujuan yang jelas untuk "menyelesaikan perselisihan antara kedua negara dengan cara yang menjamin kepentingan bersama kita."
Safadi menekankan bahwa langkah pertama untuk mencegah meningkatnya ketegangan regional adalah menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan sebelumnya pada hari itu, Kementerian Luar Negeri Yordania mengonfirmasi kunjungannya ke Teheran untuk menyampaikan pesan dari Raja Abdullah II kepada presiden Iran yang baru terpilih.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah upaya diplomatik regional yang gencar untuk meredakan situasi setelah pembunuhan pemimpin biro politik Hamas.
Haniyeh, yang berada di ibu kota Iran untuk menghadiri upacara pelantikan Pezeshkian, tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan kediamannya di zona keamanan tinggi di Teheran utara pada Rabu dini hari.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu mengatakan serangan itu "direncanakan dan dilaksanakan" oleh Israel dengan dukungan AS, menggunakan "proyektil jarak pendek" yang ditembakkan dari luar kediaman tersebut.
IRGC telah memperingatkan bahwa Israel akan menerima "hukuman berat pada waktu dan tempat yang tepat." Israel tidak membenarkan atau membantah perannya dalam serangan itu, sementara AS mengatakan tidak mengetahuinya dan tidak terlibat.
Menyerukan untuk meredakan ketegangan, banyak pejabat asing telah berbicara dengan Bagheri Kani sejak Rabu, termasuk Safadi, yang telah berbicara dengannya dua kali dalam 48 jam terakhir.
Baca juga: Iran Tegaskan Israel Akan Terima Hukuman Berat di Waktu yang Tepat