Sekelompok warga yang mengungsi dari Sudan berada di sebuah tempat pengungsian di Chad, 10 Juli 2023. (AP)
Willy Haryono • 20 January 2024 20:32
Khartoum: Pembunuhan etnis terjadi di Sudan sepanjang 2023, dengan jumlah korban jiwa berkisar 10.000 hingga 15.000 orang, menurut sebuah laporan PBB pada Jumat kemarin. Disebutkan juga bahwa pembunuhan etnis ini dilakukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan sejumlah milisi Arab.
Dalam laporan kepada Dewan Keamanan PBB, pemantau sanksi independen PBB mengaitkan jumlah korban di El Geneina dengan sumber intelijen dan membandingkannya dengan perkiraan PBB bahwa sekitar 12.000 orang telah terbunuh di Sudan sejak perang meletus pada 15 April 2023 antara pasukan nasional Sudan dan RSF.
Mengutip dari India Today, Sabtu, 20 Januari 2024, para pemantau juga menggambarkan tuduhan "kredibel" bahwa Uni Emirat Arab (UEA) telah memberikan dukungan militer kepada RSF "beberapa kali dalam seminggu" melalui Amdjarass di Chad utara. Seorang jenderal penting Sudan menuduh UEA pada November lalu telah mendukung upaya perang RSF.
Dalam suratnya kepada para pemantau, UEA mengatakan 122 penerbangan telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Amdjarass untuk membantu warga Sudan yang melarikan diri dari perang. PBB mengatakan sekitar 500.000 orang telah meninggalkan Sudan ke Chad timur, beberapa ratus kilometer dari selatan Amdjarass.
Antara April dan Juni tahun lalu, El Geneina mengalami "kekerasan hebat," tulis para pemantau, seraya menuduh RSF dan sekutunya menargetkan suku Masalit di Afrika dalam serangan yang "mungkin merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan."
RSF sebelumnya membantah tuduhan tersebut dan mengatakan tentara mana pun yang ditemukan terlibat akan diadili. RSF tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
"Serangan itu direncanakan, dikoordinasikan, dan dilaksanakan oleh RSF dan milisi Arab sekutunya," tulis pemantau sanksi dalam laporan tahunan mereka kepada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara.