Data Lapangan Kerja dan Pengangguran Tunjukkan Sinyal Ekonomi AS Melambat

USA. Foto: Unsplash.

Data Lapangan Kerja dan Pengangguran Tunjukkan Sinyal Ekonomi AS Melambat

Arif Wicaksono • 8 July 2024 11:58

New York: Data lapangan kerja dan pengangguran Amerika Serikat (AS) mensinyalkan ekonomi terbesar di dunia itu terus melambat seperti yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan. Peningkatan lapangan kerja Amerika Serikat (AS) sedikit menurun pada Juni. Sementara pengangguran meningkat dalam level tertinggi dalam 30 bulan.
 

baca juga: 

IMF Kritik Besarnya Utang AS


Pertumbuhan upah melambat, meskipun masih melampaui inflasi konsumen. Namun hal ini belum menghasilkan sentimen positif terhadap ekonomi yang lebih luas  yang menambah tantangan Presiden Joe Biden untuk terpilih kembali.

"Kita memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi upah tumbuh lebih cepat daripada harga dan lebih banyak orang Amerika yang bergabung dengan angkatan kerja," ujar Biden, dilansir Channel News Asia, Senin, 8 Juli 2024.

Departemen Tenaga Kerja AS menuturkan paman sam menambah 206 ribu lapangan kerja bulan lalu, sekaligus menandai laju perekrutan yang lebih lambat daripada angka 218 ribu yang direvisi pada Mei.

Peningkatan tersebut masih mengalahkan estimasi konsensus Briefing.com sebesar 185 ribu, yang menandakan pasar tenaga kerja tetap relatif tangguh meskipun suku bunga tinggi. Tingkat pengangguran meningkat dari 4,0 persen menjadi 4,1 persen.

Kepala Ekonom ZipRecruiter Julia Pollak menunjukan angka-angka tersebut menunjukkan pendinginan yang sangat bertahap dan teratur di pasar. Namun, ia menunjukkan tanda-tanda pelemahan, termasuk revisi ke bawah terhadap jumlah perekrutan April dan Mei dengan kumulatif 111 ribu.

Peningkatan pengangguran, meskipun sempit, juga menandai level tertinggi sejak November 2021, mengakhiri rentang 30 bulan di mana tingkat tersebut berada di bawah empat persen.

Pertumbuhan upah bakal turunkan inflasi

Pertumbuhan upah melambat dari 0,4 persen pada bulan Mei menjadi 0,3 persen bulan lalu. Dibandingkan dengan tahun lalu, kenaikannya sebesar 3,9 persen yang juga melambat dari sebelumnya. "Melemahnya permintaan tenaga kerja akan menyebabkan moderasi lebih lanjut dalam pertumbuhan upah," kata Ekonom Oxford  Nancy Vanden Houten.

Namun, hal ini kemungkinan akan memperkuat keyakinan Federal Reserve inflasi sedang menurun menuju target dua persen. Laporan terbaru muncul setelah kemerosotan aktivitas di sektor manufaktur dan jasa, bersamaan dengan meredanya inflasi.

Meskipun masih ada yang harus dilakukan, indikator-indikator ini kemungkinan akan memberi bank sentral AS lebih banyak keyakinan untuk mulai memangkas suku bunga setelah menahannya pada level tinggi dalam beberapa bulan terakhir untuk meredakan permintaan dan menurunkan inflasi. Pemangkasan suku bunga diharapkan akan, pada gilirannya, memberi dorongan pada perekonomian.

Kepala Ekonom AS di High Frequency Economics  Rubeela Farooqi, memperkirakan The Fed dapat memulai pembicaraan tentang pemotongan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya. "Mereka dapat menurunkan suku bunga kebijakan pada bulan September, jika data terus menunjukkan moderasi," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)