Ilustrasi: Medcom.id
Medcom • 28 December 2023 20:15
Gaza: Seorang ibu Palestina berusia 28 tahun bernama Iman Al-Masry baru saja melahirkan empat anak kembar perempuan dan laki-laki, di tengah peperangan Hamas dan Israel. Keempat anak itu diberi nama Tia dan Lynn serta Yasser dan Mohammed di sebuah rumah sakit di Gaza selatan.
Pada pertengahan Oktober, beberapa hari setelah perang Israel-Hamas, perempuan muda itu meninggalkan rumah keluarganya di Beit Hanoon dengan berjalan kaki bersama tiga anaknya yang lain untuk mencari tempat yang lebih aman.
Mereka berjalan kaki sejauh lima kilometer menuju kamp pengungsi Jabalia untuk mencari alat transportasi yang akan membawa mereka ke Deir el-Balah yang berada lebih jauh ke selatan.
"Hal itu mempengaruhi kehamilan saya," kata Iman, dilansir dari Al Jazeera, Kamis, 28 Desember 2023.
Namun Iman segera diminta untuk meninggalkan rumah sakit bersama bayi-bayi yang baru lahir tanpa Mohammed yang terlalu rapuh untuk ikut bersama mereka.
Kini, bersama Tia, Lynn dan Yasser, mereka tinggal di sebuah ruang sekolah sempit yang diubah menjadi tempat penampungan di Deir el-Balah bersama dengan sekitar 50 anggota keluarga besar lainnya.
"Berat Mohammed hanya satu kilogram. Dia tidak bisa bertahan hidup," kata dia tentang anak yang ditinggalkan di sebuah rumah sakit di kamp pengungsi Nuseirat.
Sambil berbaring di atas kasur busa di sebuah ruang sekolah yang menjadi tempat berlindung bagi dia dan keluarga besarnya, Iman menceritakan perjalanannya dari neraka.
"Ketika saya meninggalkan rumah, saya hanya memiliki beberapa pakaian musim panas untuk anak-anak. Saya pikir perang akan berlangsung selama satu atau dua minggu dan setelah itu kami akan kembali ke rumah," kata Iman.
Lebih dari 11 minggu kemudian, harapannya untuk kembali ke rumah hancur berantakan. Jalur Gaza, rumah bagi 2,4 juta orang, hancur berantakan dari utara ke selatan. Menurut perkiraan PBB, pertempuran telah membuat 1,9 juta warga Palestina mengungsi.
Konflik ini meletus ketika kelompok bersenjata Hamas menyerang Israel selatan, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.139 orang.
Israel menyebut para pejuang Palestina juga menyandera sekitar 250 sandera, 129 diantaranya masih ditahan.