Investor Panik, Wall Street Anjlok

Wall Street. Foto: Unsplash.

Investor Panik, Wall Street Anjlok

Arif Wicaksono • 5 April 2024 08:18

Chicago: Indek saham Wall Street jatuh pada hari Kamis (Jumat pagi WIB) menjelang laporan pekerjaan Maret. Lonjakan harga minyak dan kekhawatiran Federal Reserve (The Fed) akan menunda penurunan suku bunga juga melemahkan sentimen investor.
 

baca juga:

Turun Selama Tiga Hari, Laju Dow Jones Terkoreksi 0,11%


Dikutip dari CNBC International, Jumat, 5 April 2024, Dow Jones Industrial Average (DJIA) kehilangan 530,16 poin, atau 1,35 persen, menjadi ditutup pada 38.596,98. DJIA yang berisi 30 saham mengalami sesi terburuk sejak Maret 2023, dan mencatat penurunan hari keempat berturut-turut. S&P 500 turun 1,23 persen menjadi berakhir pada 5.147,21. Nasdaq Composite turun 1,40 persen menjadi ditutup pada 16.049,08.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari juga berkomentar kemungkinan bank sentral harus memangkas suku bunga jika inflasi tetap stabil, menambah suara para pembicara Fed baru-baru ini yang berbicara secara konservatif tentang kebijakan.

Imbal hasil Treasury 10-tahun naik dari posisi terendah sesi ini karena komentar Kashkari. Itu perdagangan terakhir di 4,305 persen. Patokan imbal hasil Treasury sempat menyentuh 4,429 persen pada hari Rabu, yang merupakan level tertinggi baru untuk tahun ini.

Kepala Strategi Investasi CFRA Research Sam Stovall menuturkan Imbal hasil (yield) 10-tahun adalah kekuatan pendorong utama karena kekhawatiran The Fed yang menyiratkan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunganya.

Apalagi pasar masih mahal, mengingat S&P 500 diperdagangkan dengan premi 33 persen dari rata-rata jangka panjangnya.

Sejauh minggu ini, S&P 500 turun 2 persn, dengan tiga dari empat hari berada di zona merah. DJIA telah kehilangan sekitar 3 persen harga saham pada minggu ini, sementara Nasdaq telah merosot 2 persen.

The Fed perlu banyak bukti

Ketua Fed Jerome Powell menyatakan bahwa meskipun masih ada ruang untuk penurunan suku bunga tahun ini, para pembuat kebijakan memerlukan lebih banyak bukti bahwa inflasi bergerak menuju pedoman bank sentral sebesar dua persen sebelum suku bunga dapat diturunkan.

Laporan utama nonfarm payrolls bulan Maret akan dirilis pada hari Jumat. Ekspektasi konsensus menyerukan kenaikan gaji sebanyak 200 ribu orang dengan tingkat pengangguran 3,8 persen.

Pada Februari, pertumbuhan lapangan kerja AS mencapai 275.000 sementara tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen . Laporan ketenagakerjaan yang bagus dapat semakin meningkatkan imbal hasil dan terus memberikan tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)