Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (AP)
Marcheilla Ariesta • 13 December 2023 09:39
Jenewa: Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dia membahas “situasi mengerikan” di Gaza selama pertemuan dengan para menteri luar negeri Arab Saudi, Indonesia dan Otoritas Palestina, serta sekretaris jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Dalam pernyataan singkat yang diposting di X, Tedros menegaskan, WHO “akan terus mendukung warga sipil dan petugas kesehatan dengan cara apa pun”.
“Tetapi kita memerlukan akses yang berkelanjutan, aman, dan diperluas untuk melakukan hal ini. Dan ini hanya mungkin terjadi melalui gencatan senjata,” katanya.
Ia juga mengeluhkan penahanan konvoi penyelamat medis di Jalur Gaza oleh Israel. Akibatnya, satu pasien meninggal selama evakuasi yang dilakukan oleh tentara yang menahan.
Tak hanya menahan konvoi, militer Israel juga menganiaya seorang anggota staf Bulan Sabit Merah.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Tedros mengatakan, misi yang dipimpin WHO untuk membawa pasokan dan mengevakuasi pasien dari rumah sakit terakhir yang berfungsi sebagian di Gaza utara dihentikan di kedua arah oleh Israel.
“Salah satu dari 19 pasien yang terluka parah yang coba diselamatkan oleh tim meninggal dalam perjalanan karena penundaan. Seorang anggota staf Bulan Sabit Merah dipisahkan dari konvoi, ditelanjangi, dipukuli dan dilecehkan sebelum dikirim keluar beberapa jam kemudian dengan berjalan kaki, tanpa pakaian dan sepatu, dengan tangan masih terikat di belakang punggung,” kata Tedros.
“Kami sangat prihatin dengan pemeriksaan berkepanjangan dan penahanan petugas kesehatan yang membahayakan nyawa pasien yang sudah rentan,” ucapnya.
Misi itu pada Sabtu lalu mengevakuasi pasien kritis dan mengirimkan perlengkapan trauma dan bedah untuk memenuhi kebutuhan 1.500 orang di Rumah Sakit Al-Ahli yang terkena dampak pertempuran, rumah sakit terakhir yang sebagian masih berfungsi di bagian utara Jalur Gaza.
Dalam perjalanan keluar dari wilayah utara, beberapa pasien dan staf Bulan Sabit Merah diinstruksikan di pos pemeriksaan Israel untuk meninggalkan ambulans.
Bahkan, pasien kritis digeledah oleh tentara Israel bersenjata.
“Beberapa petugas kesehatan ditahan dan diinterogasi selama beberapa jam,” kata Tedros.
“Karena penundaan tersebut, satu pasien meninggal dalam perjalanan,” lanjut dia.
Meirav Eilon Shahar, duta besar Israel untuk PBB di Jenewa, tidak mau mengomentari insiden tersebut. Ia mengatakan dirinya tidak memiliki cukup informasi mengenai kejadian tersebut.
Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di Gaza, yang ikut dalam konvoi tersebut, mengatakan bahwa petugas medis terpaksa meninggalkan salah satu staf Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.
“Setelah dua setengah jam, kami harus membuat pilihan yang sangat sulit untuk meninggalkan daerah yang sangat berbahaya ini dan melanjutkan demi keselamatan dan kesejahteraan pasien,” kata Peeperkorn melalui tautan video.
Anggota staf yang ditahan kemudian melaporkan bahwa dia dilecehkan, dipukuli, diancam, pakaiannya dilucuti, dan matanya ditutup. Setelah dibebaskan, dia dibiarkan berjalan menuju Gaza selatan dengan tangan masih terikat di belakang punggung, dan tanpa pakaian atau sepatu, kata WHO.
“Kisahnya mengerikan, dan penghinaan serta perlakuan tidak manusiawi yang dia alami cukup mengejutkan,” kata Peeperkorn.
Petugas kesehatan telah ditahan pada misi sebelumnya ke fasilitas kesehatan Gaza. Pada 18 November, enam orang ditahan selama misi yang dipimpin WHO untuk memindahkan pasien dari Rumah Sakit Al-Shifa. Menurut WHO, empat dari orang-orang tersebut masih ditahan.