Thailand. Foto: Unsplash.
Bangkok: Pemerintah Thailand berusaha menurunkan biaya pinjaman dan membantu mendorong pertumbuhan yang lesu dengan mendesak penurunan suku bunga.
Namun Bank Sentral Thailand (BOT) menegaskan pemotongan suku bunga dapat membantu menurunkan utang dalam jangka pendek serta menimbulkan risiko dalam jangka panjang.
BOT menambahkan dengan mempertahankan suku bunga tetap pada 2,5 persen maka hal tersebut menciptakan banyak opsi kebijakan.
"Perekonomian Thailand masih tertantang oleh tekanan struktural sementara inflasi tetap rendah karena langkah-langkah pemerintah dan faktor sisi penawaran," kata Bank Sentral Thailand, dilansir
Channel News Asia, Kamis, 25 April 2024.
Direktur Senior BOT Pranee Sutthasri menuturkan setelah anggaran fiskal disahkan pengeluaran pemerintah akan membantu mendukung perekonomian.
Dia mengatakan kondisi perekonomian secara keseluruhan stabil dengan peningkatan pinjaman, namun usaha kecil dan rumah tangga menghadapi kondisi kredit yang lebih ketat.
Desakan penurunan suku bunga
Perdana Menteri Srettha Thavisin telah berulang kali mendesak BOT untuk melakukan penurunan suku bunga, dengan mengatakan tingkat suku bunga saat ini merugikan sentimen bisnis dan investor dan bahwa perekonomian berada dalam krisis.
Gubernur BOT secara terbuka tidak setuju dengan penggambaran Srettha mengenai perekonomian yang berada dalam krisis, dan mengatakan bahwa perekonomian memerlukan reformasi struktural.
BOT mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah untuk pertemuan ketiga berturut-turut pada 10 April 2024.