Menguatkan Solusi Dua Negara

Ilustrasi. Foto: MI.

Menguatkan Solusi Dua Negara

Media Indonesia • 24 September 2025 10:23

PIDATO Presiden Prabowo Subianto di KTT PBB pada Senin (22/9) di New York, Amerika Serikat, punya makna penting dan strategis, kendati itu bukanlah sikap baru. Pidato itu memberi dorongan lebih progresif terhadap momentum bertambahnya dukungan dunia terhadap eksistensi negara Palestina.

Penekanan Presiden Prabowo terhadap solusi dua negara atau two state solution mengingatkan kepada dunia bahwa pengakuan terhadap sebuah negara juga harus disertai dengan dukungan terhadap seluruh eksistensi dan kedaulatannya. Untuk Palestina, itu hanya bisa terwujud lewat perdamaian dengan Israel, yang artinya lewat solusi dua negara.

Itulah penegasan dan makna penting dari pernyataan Presiden Prabowo. Dalam pidato tersebut, Presiden juga kembali menegaskan komitmen Indonesia terhadap solusi dua negara itu. Indonesia, yang telah dikenal sebagai pendukung setia kemerdekaan Palestina, bersedia mengakui Israel hanya jika Israel mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. “Begitu Israel mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, Indonesia juga akan segera mengakui negara Israel dan mendukung terjaminnya keamanan Israel,” tegas Prabowo dalam pidatonya.

Pernyataan yang sama juga sudah Prabowo sampaikan di hadapan Presiden Prancis Emmanuel Macron saat berkunjung ke Indonesia, Mei lalu. Bahkan, melongok pada sejarah, Indonesia pun telah mendukung two state solution bersamaan dengan pengakuan atas kemerdekaan Palestina yang dideklarasikan pada 1988.

Mengakui kemerdekaan Palestina dan mendukung two state solution sejatinya ibarat dua sisi mata uang yang sama. Terlebih lagi, konsep solusi dua negara sejatinya telah diterima oleh otoritas Palestina sejak KTT Liga Arab pada 1982. Hal itu menunjukkan bahwa para pemimpin Palestina pun menyadari perdamaian hanya dapat terwujud jika mereka mau hidup berdampingan, dan tentunya sama berdaulat, dengan Israel. Dengan begitu, mendukung konsep two state solution berarti juga menghormati keinginan Palestina sejak lama.

Kita tidak menutup mata bahwa polling terbaru justru menunjukkan penurunan jumlah rakyat Palestina maupun Israel yang menginginkan two state solution. Pada polling 2013, 70% warga Palestina di Tepi Barat dan 48% warga Palestina di Gaza, juga 52% warga Israel, mendukung two state solution itu. Namun, pada polling 2021, tinggal 39% warga Palestina yang mendukung solusi tersebut, sedangkan jumlah warga Israel yang menginginkan itu tidak diketahui.

Presiden RI Prabowo Subianto saat berpidato di KTT PBB. Foto: UN Web TV.

Tingkat dukungan warga Palestina yang semakin menurun terhadap two state solution itulah yang semestinya ikut menjadi perhatian dalam momentum meningkatnya pengakuan terhadap Palestina. Akhir pekan lalu, Inggris, Kanada, Prancis, dan Australia ikut dalam barisan negara yang mengakui eksistensi negara Palestina.

Pengakuan dari Inggris, Kanada, dan Prancis memberi pesan besar kepada dunia. Sebagai negara anggota G7 yang berperan krusial pada ekonomi dunia, langkah diplomatik negara-negara itu tentunya juga akan berpengaruh pada segala kebijakan dan hubungan internasional mereka.

Pengakuan dari keempat negara itu pun membuat Palestina kini telah mengantongi 75% suara dari total 193 negara anggota PBB. Meski AS sebagai sekutu terkuat dan paling setia Israel masih bergeming, perubahan konstelasi di G7 nyata-nyata membuat gelombang suara kesadaran mengakui Palestina di dalam negeri negara-negara itu menguat. Di Jerman dan Italia, tekanan masyarakat untuk pengakuan Palestina makin besar. Kondisi itulah yang juga harus dapat dipahami para pendukung setia Palestina. Negara-negara pendukung Palestina semestinya juga menunjukkan kepada dunia bahwa bukan saja kepentingan Palestina yang diperjuangkan, melainkan juga perdamaian hakiki. Keamanan Israel sesungguhnya juga akan terwujud jika Palestina diakui, dan Indonesia termasuk yang terdepan dalam memahami serta memperjuangkan itu.

Jalan menuju solusi dua negara memang kian disambut secara nyata. Namun, tidak berarti jalan itu sudah lempeng. Israel yang masih keras kepala serta dukungan Amerika Serikat atas kekeraskepalaan negeri zionis itu adalah jalan terjal yang mesti ditaklukkan.

Pidato Presiden Prabowo dan sejumlah kepala negara lainnya di sidang PBB jelas bukan akhir perjuangan mengikhtiarkan berdirinya dua negara. Pidato-pidato itu masih membutuhkan kerja keras diplomasi yang berkelanjutan dan konkret sampai benar-benar terealisasi kemerdekaan bagi Palestina, juga terwujudnya perdamaian abadi dan tatanan dunia yang adil dan bermartabat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)