M Sholahadhin Azhar • 31 January 2025 10:53
Jakarta: Penembakan pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia, disorot. Anggota Komite III DPD RI Sewitri, meminta Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tegas.
"Saya turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya atas kepergiansaudara kita Basri. Kita ingin masalah ini benar-benar ditangani serius oleh BP2MI," kata Sewitri dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Januari 2025.
Warga bernama Basri, 54, asal Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, tewas ditembak Otoritas Maritim Malaysia. Sewitri mengatakan insiden itu sangat miris.
Menurut dia, tak seharusnya otoritas Malaysia menggunakan kekuatan berlebihan. Hal ini, kata Sewitri, harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia, supaya tak terulang.
"Kita berharap kejadian ini benar-benar ditangani serius, sehingga tidak ada korban jiwa kedepannya. Kepada Aparat keamanan juga kita harapkan terus dapat berkeoordinasi dengan baik agar kasus ini dapat diselesaikan," jelasnya.
Sebanyak lima warga negara Indonesia (WNI) yang berprofesi sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) diduga nonprosedural. Mereka ditembak di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia.
Terdapat petugas patroli Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) tengah bertugas, pada Jumat 24 Januari 2025, pukul 03.00 waktu setempat. APMM mendapati kapal berisi lima PMI yang diduga ilegal, melintas di perairan Tanjung Rhu.
Setelah dikejar dan sempat bertabrakan sebanyak empat kali, akhirnya APMM melepaskan tembakannya ke arah kapal PMI karena menurut mereka ada upaya perlawanan dari kapal WNI. Hal itu membuat APMM melepaskan tembakan.
Namun, menurut saksi korban yang ada di atas kapal tidak ada perlawanan dan tidak membawa senjata apapun. Atas kejadian tersebut, satu orang WNI tewas, satu kritis hingga memerlukan tindakan operasi dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka.